Selasa, 31 Mei 2011

Jum'at Hujan

Tak ada niatku untuk mencintainya,,,
Namun perlahan rasa ini tumbuh, begitu cepat tunasnya tinggi,,
Hingga aku tak kuasa menahan dasyat gejolak ini,,
Entah ini apa, sungguh asing bagiku,,
Mengucapnya dengan cinta saja aku enggan,,
Karna toh aku tak memiliki peran di dalamnya,,,
Aku hanya seorang pengamat di bangku depan,,
Dengan setia melihat pertunjukannya yang terasa begitu nyata,,
Seolah aku yang menjadi peran utamanya,,
Jiwa dan fikiran ini sesak oleh sosoknya,,
Dalam waktu – waktu dekat ini hanya bayangnya yang menjaga siang dan malamku,
Membuatku merasa hanya aku yang ada,,
Ada dalam keberadaan,,
Sebuah perasaan yang rumit di jelaskan walau dengan sepatah katapun,,,
Apa ini,,,
Tolong jelaskan padaku RA,,
Kau yang selalu enggan aku temani,,,
Kau yang terlalu mengacuhkanku,,
Membuatku gila dengan segala ketidak wajaran mu itu,,
Membuat dada dan hati ini sesak,,
Penuh dengan segala tentangmu,,,
Dan anehnya aku membiarkannya.
Karena ini terasa nyaman,,,
Aku membiarkannya berlari – lari di antara labirin jiwaku,,
Aku melepasnya lebih jauh ke dasar hatiku,,
Aku memendamnya dalam alam bawah sadarku,,
Kelak,,,
Apa ini harus ku jelaskan??
Agar kau mengerti, seberapa jauh hati ini tercemar??
Seberapa parah jiwa ini merindu?
Seberapa sering otak ini menggila?
Dan itu semua menjadi kerelaan untukku,,
Dan semua itu semata – mata untuk dirimu?
Saat ini,
Abaikan aku,,
Agar ku tenggelam dalam kesendirian
Kesendirian yang akan membawaku menuju hatimu,,
Kelak dapat ku selami rongga hati yang beku itu,,
Karena hangat kasih ini akan mencairkannya,,
Akan mengalir layaknya tulus yang menganak sungai,,
Agar bukan hanya kau yang merasa,
Aku juga,
Ku biarkan kau menari – pergi dalam hari – hariku kini,,
Namun esok akan ku dapatkan engkau berlabuh padaku,,
Karna hanya aku tujuanmu,,
Untuk itu, sejenak,, biarkan aku mendalami semua,,
Mengerti dan memahami perasaan,
Yang saat ini meluap hanya untukmu,,,
Ingat,, hanya untukmu,,
Kini,
Esok,
Dan nanti,
Hanya untuk mu,,

Menemukan Harapan dalam Situasi Tanpa Harapan

Harapan. Rasa yang dimiliki oleh setiap manusia, ia (harapan) datang dan singgah disetiap nafas manusia. Tak memandang status sosial, dan tak memandang harta benda. Harapan selalu ada pada setiap hati makhluk yang memimpikan cita-citanya terwujud, pada setiap jiwa yang merindukan ringan dari beban hidup yang menghimpit.
Harapanlah yang mengubah rasa takut menjadi obat kekuatan, yang menjadikan keraguan berubah menjadi keyakinan yang membaikkan. Ketika gelap menyelimuti hati dan fikiran, hingga yang ada hanya rasa pesimis, namun harapan membuka pandangan bahwa masih ada jalan terang. Masih ada hal yang positif yang bisa dilakukan. Harapan membuat sesuatu yang sulit bahkan tak mampu dikerjakan, menjadi hal yang ringan dan mudah tuk di lakukan.
Dengan harapan, seorang istri tersenyum mengantar suami hingga depan pintu rumah untuk pergi bekerja, remaja bergembira pergi ke sekolah, seorang buruh bersemangat bekerja walau lelah, seorang ibu yang tersenyum melihat bayi yang lahir. Semua mereka lakukan tidak lain karena adanya harapan yang melingkupi keseharian hidup mereka.
Istri yang berharap akan nafkah yang sesantiasa mengalir dari hasil keringat suaminya, ia selalu berdoa untuk keselamatan suaminya dalam bekerja. Remaja yang berharap dengan berangkat ke sekolah ia akan mendapat ilmu yang banyak serta dapat bercanda tawa dan berbagi cerita dengan kawan-kawan sebaya. Buruh yang dengan lelah namun tetap ada harapan dalam dirinya tuk membawa hasil dari kerjanya, walau hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi, untuk makan anak dan isteri. Ibu, yang penuh haru dan berharap anak yang dilahirkannya kelak kan tumbuh menjadi anak yang sholeh/solehah dan membuat bangga orang tuanya.
Tiada satu hal pun terlewatkan dalam hidup ini tanpa adanya harapan yang menyertai. Harapan yang membangkitkan sesuatu yang mustahil menjadi sesuatu yang mungkin dan pasti dapat dilalui. Mungkin dapat dikatakan, bahwa harapanlah yang membuat setiap makluk, termasuk manusia memiliki alasan tuk hidup hingga saat ini, detik ini. Harapan kan ada dalam setiap hati dan jiwa manusia yang memimpikan kebaikan masa depannya, yang enggan berputus asa, yang selalu mencoba tuk berdiri setegar karang walau ia tahu, begitu banyak masalah yang menghadangnya.
Namun sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan, kadang manusia merasa jenuh, dan berakhir dengan putus harapan. Rasa putus asa menghampirinya. Ia menjadi tidak yakin akan kemampuan dirinya dalam menjalani kehidupan yang menurutnya terlalu penuh dengan permasalahan. Padahal jika manusia menyadarinya adanya masalah adalah untuk mebuat kehidupan manusia lebih baik, ia akan tumbuh menjadi sosok manusia yang bijak dalam menentukan jalan hidup, bijak dalam mengambil keputusan, bijak dalam memandang permasalahan yang tidak hanya dari satu sisi saja.
Tiba-tiba saja semuanya menjadi buram, rasa curiga terhadap apapun yang mempersulit hidupnya selalu berkecamuk dalam diri. Hingga suatu saat ia lelah dan merasa tak ada harapan akan suatu kebaikan yang menghampirinya. Ia tak yakin bahwa cahaya terang harapan kan mendatanginya dan melepaskannya dari belenggu putus asa. Ia merasa bahwa sudah tidak ada lagi yang mampu ia perbuat untuk hidupnya, apalagi untuk membantu dan menjadi sosok manusia yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain.
Ketika hal itu terjadi, hanya rasa bersalah yang menghantui setiap langkah hidup manusia. Memang manusia tak luput dari khilaf, kadang salah ia perbuat. Tanpa memikirkan akan fatal akibatnya. Dan tanpa disadari ia menggadaikan harapannya kepada sesuatu yang tak pantas dan tak pasti akan dapat memberikannya harapan.
Disadari atau tidak, manusia sering menaruhkan harapannya pada sesuatu yang tak layak untuk diberi pengharapan, maka dari itu wajarlah jika terkadang kenyataan yang dialami tak sesuai denga harapan yang diingikan. Lalu rasa frustasi dan merasa tak berdaya akan dialami. Bagai mati segan, hiduppun tak mau, begitulah kata pepatah.
Seorang pekerja menaruh harapan yang besar pada bos nya, ia berharap hari ini mendapat Tip dari kerjanya yang begitu giat di kantir melebihi rekan-rekannya yang lain, atau sekedar berharap mendapat promosi kenaikan pangkat dari bosnya karena kerja nya yang begitu maksimal. Siswa yang berharap untuk lulus Ujian Akhir Nasional, ia yakin akan lulus dengan nilai yang baik karena telah banyak mengikuti les, ia berharap banyak pada les yang diberikan guru-guru pembimbingnya itu. Serta seorang istri yang menunggu suaminya yang sedang oprasi besar, berharap pada dokter agar operasi itu berhasil dengan baik dan sempurna.
Namun ketika kenyataan tak sesuai dengan harapan yang ada, maka hanya kekecewaan yang mendalam, yang tersisa di benak dan fikiran manusia. Lantas enggan berharap, dan menjadi putus asa. Mungkin ada yang salah dari cara manusia berharap? Atau mungkin kita sebagai manusia salah menaruh harapan? Kepada siapa harapan itu sesungguhnya disandarkan? Hingga kita, sebagai manusia bisa senantiasa berharap dan terus berharap tanpa henti, hingga kita mampu menemukan secercah harapan dalam situasi tanpa harapan.
Dalam situasi permasalahan hidup yang mendesak, ketika itu pula manusia yakin tidak ada harapan yang tersisa untuknya. Baginya pintu harapan sudah tertutup rapat untuk dirinya. seorang pekerja yang lama naik jabatannya mmeskipun ia telah berbuat baik dan rajin dalam bekekerja, siswa yang kecewa karena ternyata ia tidak lulus UAN, padahal ia berharap banyak dari les yang ia ikuti selama ini. Seorang dokter yang ternyata gagal dalam mengoprasi suami, sehingga membuat isteri pasien sangat terpukul. Lantas apa yang harus diperbuat? Jika toh pada kenyataanya, harapan yang membuat manusia mampu bertahan dalam kerasnya hidup itu ternyata berakhir mengecewakan.
Dalam situasi tanpa harapan tersebut, manusia harus tetap hidup. Mampu menerima kenyataan walau sepahit apapun. Menerima hidup yang tidak sesuai dengan harapan, walau terasa enggan. Mungkin disini lah titik balik semuanya, ketika manusia sudah sampai pada titik jenuhnya, ketika manusia telah lelah berharap, ketika manusia berada dalam situasi tanpa harapan. Dalam keadaan seperti ini lah maka dengan segenap akal fikiran serta hati nurani yang manusia miliki, ia harus mampu menemukan harapan dalam situasi tanpa harapan. Karena hanya dengan cara itu lah manusia dapat menerima dan menjalani hidupnya kembali dengan lebih bermakna.
Coba perikasa kembali, mungkin ada yang salah dari cara manusia berharap, atau salah dalam menujukan harapan. Kita mengharap kenaikan gaji kepada atasan pada hal masih ada Sang Maha Kaya. Kita mengharap kesembuhan dan kesehatan kepada dokter, padahal masih ada Sang Maha Menyembuhkan. Mungkin manusia lupa, akan Dzat Yang Maha Segala, yang mampu memberikan harapan tanpa batas, yang memiliki hak untuk menimbulkan atau pun mematikan harapan dalam hati dan jiwa manusia.
Jika memang ada Dzat yang lebih pantas untuk disandarkan atas semua hal yang menjadi harapan-harapan hidup manusia, mengapa tak kau sandarkan saja harapanmu itu kepada Allah SWT, Sang Maha Harapan. Allah mampu menumbuhkan kembali harapan dalam jiwa manusia yang senantiasa taat dan patuh terhadap perintahNya, dan bersikap tegas terhadap laranganNya. Allah akan senantiasa menjaga cahaya harapan bagi ummtNya yang tiada pernah lelah bersyukur akan nikmat yang dikaruniakan oleh Allah untuknya. Dengan menggunakan waktu secara baik dan untuk dimanfaatkan sebagai sarana tuk membantu dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama.
Harapan yang sandarkan kepada Allah tidak akan pernah pudar, apalagi mati.ia akan terus bersinar menerangi setiap hati hambaNya yang beriman. Karna Allah lah yang akan menjaga harapan setiap hamba yang senantiasa mengingatNya dengan mewujudkan syukurnya kepada Allah dengan menunjukkan perbuatan yang ihsan. Ber positif thinking lah, yakin bahwa dibalik setiap kesulitan pasti ada jalan yang mampu tuk ditempuh. Bukankah Allah tidak akan menguji ummatnya melebihi kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Hal itu mengisyaratkan bahwa, dalam kamus hidup manusia seharusnya tidak ada kata menyerah.
Bila memang suatu saat, kita kehilangan harapan, maka yakinlah bahwa akan ada hikmah dibalik semua peristiwa yang kita alami. Akan muncul harapan baru yang siap untuk menggantikan harapan yang dulu pernah kandas. Hidup manusia pada prinsipnya adalah berputar, rasa senang dan sedih pun kadang kala harus dilewati. Namun bukan berarti kita harus berlarut dalam keterpurukan kemudia hilang terhempas bersama harapan yang kandas.
Hidup itu terlalu indah jika digunakan hanya untuk mengeluh dan berputus asa. Tataplah kedepan. Masa depan masih panjang, masih banyak hati yang harus kita jamah, masih banyak tangan yang perlu kita genggam, dan masih banyak harapan yang menunggu kita, tuk mampu meraihnya. Tentunya dengan segenap usaha yang sungguh-sungguh, serta senantiasa berbicara do’a dan ibadah kepada Allah. Sang Maha Harapan.

Kamis, 25 November 2010

IMPLEMENTASI DEMOKRASI PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI (Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional)

Oleh :
Sindy Dwija Widyaswara (2008510015)

Globalisasi yang berasal dari kata global (inggris) yang berarti umum merupakan suatu proses perubahan secara menyeluruh di segala aspek kehidupan manusia tanpa terkecuali. Dewasa ini globalisasi mulai marak dibicarakan oleh seluruh lapisan masyarakat dunia. Dengan adanya globalisasi maka secara otomatis hubungan antar negara dan bangsa pun akan semakin meningkat. Ditandai dengan adanya pasar bebas, pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), wawasan budaya yang luas, peningkatan bisnis dan pariwisata, serta tentunya luasnya lapangan pekerjaan merupakan peluang positif adanya Globalisasi. Walaupun tidak dipungkiri adanya konsekwensi negatif dengan munculnya globalisasi seperti terjadinya disintegrasi bangsa, kapitalisme modern, semakin samarnya identitas dan batas suatau bangsa, serta akan menambah jumlah pengangguran. Bagi Negara- Negara Adidaya seperti Amerika, Rusia, dan Jepang, munculnya Globalisasi merupakan hal yang menguntungkan bagi kemajuan bangsanya. Namun bagi Negara- Negara Dunia ke tiga yaitu Negara- Negara berkembang seperti Indonesia, adanya Globalisasi merupakan tantangan yang besar untuk menggunakan cara- cara yang cerdas untuk memajukan kualitas Bangsanya. Dan disinilah peran pendidikan menjadi penting. karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas suatu Bangsa.
Bicara mengenai hal pendidikan maka tidak akan terpisahkan dengan mutu atau kualitas generasi bangsa suatu Negara. Tuntutan zaman di Era Global ini pun secara tidak langsung berpengaruh kepada sistem Pendidikan Nasional. Bagaimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya agar mampu bersaing dengan dunia Internasional. Pendidikan adalah salah satu jalannya untuk menuju itu semua. Karena dengan pendidikan lah seseorang akan belajar banyak hal. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas baik maka akan menghasilkan lulusan yang berkompeten dan mampu bersaing dengan dunia luar. Di Era Globalisasi yang sarat akan teknologi ini pendidikan pun akan semakin maju, memenuhi tuntutan zaman. Dahulu sistem pendidikan di sekolah- sekolah banyak yang bertumpu pada guru (teacher centered) sebagai pusat ilmu pengetahuan, namun kini paradigmanya menjadi bergeser bahwa peserta didik pun harus ikut serta aktif dalam proses pendidikan karena yang menjadi obyek penting dalam pendidikan adalah peserta didik. Maka dari itu lah kini pendidikan adalah berpusat pada peserta didik (student centered). Dalam sistem pendidikan di Era Global, guru bertugas sebagai mediator dan fasilitator kebutuhan belajar peserta didiknya, maka keaktifan peserta didik sangat di tuntut dalam proses belajar mengajar. Peserta didik mulai membiasakan diri mencari permasalahan yang berhubungan dengan ilmu terkait yang dipelajarinya, dan dituntut untuk mencari jalan keluarnya sendiri. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mandiri dalam belajar dan dapat menguji kecardasan emosional, dan sosialnya.
Pendidikan di Era Globalisasi harus berfokus pada pengembangan potensi belajar siswa. Potensi tersebut meliputi potensi kognitif, potensi afektif dan potensi psikomotorik. Dan tugas seorang pendidik adalah membantu para siswa untuk menemukan dan mengembangkan setiap potensinya. Segala hal yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar, semata- mata guna tercapainya tujuan pendidikan. Tentunya dalam pembelajaran harus menggunakan prinsip demokkasi. Di Negara Indonesia sendiri yang berasaskan demokrasi dalam segala aspek, sama halnya dengan dunia pendidikan. Demokrasi dalam dunia pendidikan secara substansi memiliki pengertian bahwa demokrasi yang diwarnai oleh jiwa kependidikan, adanya kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan potensi kepribadian peserta didik, serta menciptakan suasana lingkungan sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan nasional. Demokrasi pendidikan dilandasi oleh Undang- Undang no. 20 tahun 2003, pasal 4 ayat 1 yang berbunyi : “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, cultural dan kemajemukan bangsa.”
Dalam undang undang tersebut akan melahirkan prinsip- prinsip demokrasi pendidikan yang meliputi hak azasi untuk memperoleh pendidikan, kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, serta hak dan kesempatan atas dasar kemampuan. Sejalan dengan itulah pemerintah mengadakan program wajib belajar sembilan tahun. Program wajib belajar Sembilan tahun ini merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia di Era Globalisasi, selain itu juga program bejar Sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah adalah sebagai wujud realisasi dari demokrasi pendidikan. Upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan tidak hanya sampai disitu. Kita ketahui bersama bahwa tingkat perekonomian warga Megara Indonesia pun berbeda- beda, maka untuk meringankan masyarakat dala mengenyam pendidikan di berlakukannya BOS (Bantuan Operasiona Sekolah) yang merupakan subsidi dari pemerintah dalam bidang pendidikan guna meringankan biaya administrasi pendidikan para siswanya. Jika di atas telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip demokrasi pendidikan adalah adanya kesempatan yang sama untuk mengeyam pendidikan, tidak peduli status sosial peserta didik tersebut, maka pengadaan BOS adalah satu bukti penyelengaraan demokrasi pendidikan di Indonesia telah berjalan, walaupun pada kenyataanya belum maksimal.
Apabila suatu Negara memiliki sistem pendidikan yang baik, maka sistem pendidikan tersebut akan mampu melahirkan pribadi- pribadi yang berkualitas baik pula, dan sebaliknya. Pada hakikatnya tujuan pendidikan di Era Globalisasi ini adalah menyediakan sumber daya manusia yang siap bersaing secara internasional. Berbagai cara dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia agar mampu mempersiapan pribadi- pribadi bangsa yang siap bersaing secara internasional. Selain mengalakkan program belajar Sembilan tahundan pengadaan subsidi BOS yang diberlakukan guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Tenaga pendidik dan kependidikan pun perlu diperhatikan, karena untuk mencetak generasi bangsa yang berkualitas tinggi, maka diperlukan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas pula, sesuai dengan tingkat profesionalitasnya. Salah satu upaya pemerintahan dalam hal ini adalah mengadakan beasiswa bagi para pendidik yang berprestasi, serta mengadakan pelatian- pelatian serta seminar- seminar pendidikan yang berfungsi sebagai sarana peningkatan wawasan bagi para pendidik dan tenaga kependididkan. Penelitian- penelitian dalam bidang pendidikan pun dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien dan guna mencari solusi dari berbagai macam permasalahan- permasalahan dalam hal pendidikan. Peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependididkan pun diperhatikan, dengan konsekwensi tanggung jawab serta kriteria untuk menjadi seorang pendidik dan tenaga kependidikan menjadi semakin detail. Hal ini menunjukan adanya hak dan kewajiban, ketika seseorang telah baik mengerjakan kewajibannya maka ia berhak mendapatkan imbalan yang sesuai.
Peningkatan mutu pendidikan di Era Globalisasi pun bersifat menyeluruh. Kurikulum dalam pendidikan pun menyatakan adanya implementasi demokrasi pemdidikan didalamnya. Kita ketahui bahwa saat ini diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau biasa disingkat dengan KTSP. Pada awalnya kurikulum pendidikan mutlak disusun oleh pemerintah pusat, tanpa campur tangan orang pihak lain. Namun seiring berjalannya waktu maka kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan pun semakin pesat. Kurikulum yang dirancang oleh pemerintah pusat saja belum mampu efektif mencapai tujuan pendidikan nasional, karena yang mengetahui potensi masyarakat Indonesia sendiri adalah daerahnya. Maka di berlakukanya KTSP. Yang menitik beratkan pada pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan. Setiap daerah memiliki tanggung jawab dan kewajiban dalam mengembangkan dan mengelola pendidikannya masing- masing sesuai dengan dasar kurikulum yang berpatok pada pemerintah pusat, namun dalam pelaksanaannya dirancang oleh lembaga pendidikan terkait, dan memikirkan serta melakukan cara- cara agar tercapainya tujuan pendidikan ansional secara utuh. Dengan adanya KTSP maka potensialitas suatu daerah akan terlihat, dan menjadi pembelajaran tersendiri bagi daerah yang terkait agar belajar mandiri untuk mengelola bagi peningkatan mutu daerahnya. Yang nantinya juga berpengaruh bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Dapat dibuktikan dengan adanya KTSP adalah wujud dari implementasi demokrasi pendidikan di Era Global yang merupakan upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan pendidikan di Era Globalisasi bukan lagi bertumpu pada teaching namun lebih difokuskan pada aspek learning, peserta didik diajak untu menjadi peka dalam pembelajaran bukan hanya teori yang Nampak, namun juga membahas permasalahan- permasalahan sosial yang yang aktual serta mencari solusinya. Mereka dituntut untuk mengalami sendiri dengan segenap alat inderanya dalam pembelajaran agar selain mengetahiu, mereka akan faham, menghayati dan akhirnya akan mengaplikasikan hasil proses belajar tersebut dalam kehidupan sehari- hari berupa sikap yang baik. tentunya wawasan keilmuannya pun dapat ditunjang dengan kemajuan teknologi di Era Globalisasi, tuntutan Globalisasi mengharuskan masyarakat Indonesia terutama dalam hal Pendidikan untuk memanfaatkan teknologi secara positif sebagai alat yang mempermudah proses pembelajaran tersebut. perlu dicatat bahwa dengan selalu berkembangnya masyarakat dan kebutuhan hidup manusia pun semakin meningkat di Era Gloabalisasi ini, demikian pula permasalahan pendidikan, masih banyak yang harus dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan kualitas Bangsa Indonesia, dengan mendidik generasi mudanya agar menjadi sumber daya insani yang siap bersaing dalam kancah internasional. Yang tentunya semua itu tak akan pernah bisa terwujud apabila tidak ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Indonesia. Kesadaran akan pentingnya pendidikan harus ditanamkan dalam diri setiap warga Indonesia, agar masyarakat semakin bersemangat dalam menuntut ilmu. Perlu ditekankan, bahwa hal yang terpenting dalam pendidikan adalah tumbuhnya kecakapan dalam bersikap dan bertindak, bukan hanya kepintaran dalam hal teori, namun kemahiran dalam mengambil pelajaran dari setiap proses pembelajaran yang nantinya tercermin dalam sikap dan kepribadian bangsa yang baik.

Jumat, 19 November 2010

METLIT

Teori : Hubungan antara fakta yang dikumpulkan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Jadi : Teori = fakta
TEORI
 Menentukan orientasi ilmu pengetahuan dan jalan menentukan data yang harus dikumpulkan
 Memberikan skema klasifikasi, hubungan dan sistematisasi gejala-gejala secara konseptual
 Menyimpulkan fakta ke dalam
1. Generalisasi Empirik
2. Sistem Generalisasi
 Memprediksi fakta
Fakta didefinisikan sebagai:
Apa yang sesungguhnya terjadi
FAKTA
 Membangun teori
 Dapat dipakai untuk mereformulasi teori yang ada
 Merubah orientasi/focus suatu teori
 Menjelskan teori
Peranan fakta :
 Menimbulkan /membangun teori
 Dasar penolakan atau reformulasi teori yang ada
 Menjelaskan teori

KEGUNAAN KAJIAN PUSTAKA
1. Penjajagan bidang yang di teliti
2. Penilaian masalah
3. Perbaikan perumusan masalah
4. Landasan penyusunan hipotesis
5. Memberikan penilain pada penelitian
6. Member model/contoh,baik yang positif maupun yang negative
7. Menghindari terjadinya kesalahan
Tujuan kajian penelitian yang relevan :
1. Melihat apa yang pernah diteliti
2. Melihat sejauh mana perkembangan bidang ilmu
3. Mendeteksi keunggulan/kelemahan penelitian-penelitian
4. Mwnghindari duplikasi
5. Menghindari kesalahan-kesalahan yang telah dibuat peneliti-peneliti sebelumnya.
KESALAHAN-KESALAHAN pada kajian pustaka
1. Tergesa-gesa
2. Terlalu banyak mengandalkan data sekunder
3. Hanya melihat hasil penelitian lain,tidak: prosedur,teknik pengukuran,analisis data,dsb.
4. Tidak melihat berbagai sumber
5. Tidak member batasan yang jelas
6. Mengokopi data dengan tidak benar
7. Sumber pustaka hilang
8. Tidak dapat memisahkan informasi penting dengan yang tidak
9. Di susun dalam bentuk cuplikan-cuplikan.


MODEL DEDUKTIF
Penelitian dipakai untuk menguji teori
MODEL INDUKTIF
Teori dibangun dari hasil analisis data
METODE
" Jalan ke"



METODELOGI
 Proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang diterapkan untuk mencari jawaban terhadap masalah
Mencangkup



 Blue print penelitian
METODELOGI penelitian
 Rancangan
 Populasi,sample+teknhik pengambilannya
 Perlakuan (pada penelitian eksperimen),Prosedur (pada penelitian lain)
 Teknik pengumpulan data
 Analisis data
POPULASI
Suatu kumpulan subjek atau kejadian (events) yang mempunyai sifat/karakteristik sama.
Sampel :sub kelompok populasi
Cara/teknik pengambilan sample sangat penting untuk menetukan validalitas kesimpulan yang ditarik dari sampel-populasi.

BESAR SAMPEL
Sampel yang jumlahnya diperlukan apabila :
1. Perlu ada pembagian menjadi sub sampel/kategori lagi
2. Ada variable-variable lain yang mungkin dapat berinteraksi dengan variable penelitian
3. Hasil yang diharapkan didalam penelitian akan sukar diamati.Yang penting: BUKAN besar sampel,tetapi apakah sampel tersebut MEWAKILI populasi (representativeness).
KEUNTUNGAN SAMPEL BESAR
1. Representatif
2. Kekuatan statistic yang lebih besar (lebih mudah menarik Ho)
3. Data lebih terinci
KELEMAHAN
1. Biaya besar
2. Pengelolaan lebih sulit
3. Observasi lebih sulit (kesalahan lebih besar)
4. Kemungkinan kesalahan lenbih besar dalam :
- Transfer data
- Perhitungan
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Acak (semua anggota populasi yang mempunyai peluang sama untuk muncul menjadi anggota sampel)
2. Berdasarkan strata (yang mempunyai karekteristik berlainan)
3. Berdasarkan proporsi (apabila populasi mempunyai perbandingan tertentu)
4. Sistemik
5. Kluster (kelompok)
6. Purposive
7. Accidental/conveniace sampel (sampel yang tidak dapat di pakai untuk menarik generalisasi ke populasi.

KESALAHAN-KESALAHAN di dalam Perancangan penentuan Populasi + Sampel + Teknik Pengambilannya:
o Mengambil atau memilih rancangan yang lemah
o Populasi tidak jelas
o Memakai volunteer sebagai sampel
o Sampel terlalukecil atau terlalu besar
o Rancangan tidak terinci
o Alokasi waktu salah


HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang di ajukan,yang kebenarannya perlu dibuktikan secara empiric dengan penelitian yang akan dilakukan.
• Merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian
• Merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahn yang diajukan dalam penelitian.
( Fraenkel &Wallen, 1990)
Perumusan hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah kepada prose pengumpulan data serta penyelidikan itu sendiri.
(Jhon W.Best, dalam Sanapiah Faisal, 1982)

SKEMA JENIS-JENIS HIPOTESIS















KEGUNAAN HIPOTESIS
 Merupakan keterangan tentative
 Menentukan macam data yang dikumpulkan
 Merupakan kerangka pelaporan kesimpulan hasil penelitian
METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Pembedaan antara kuantitatif dan kualitatuif dalam pelaksanaan penelitian ini kurang lebih sejajar dengan pembedaan antara ilmu-ilmu non-eksata.Ilmu-ilmu eksata mengandalkan pada data yang terukur dengan pasti dan analisis pun dilakukan dengan menggunakan landasan matematika dan statiska,atau dengan kata lain,menggunakan ketode kuantitatif.Sebaliknya,ilmu-ilmu yang tergolong non-eksakta justru tidak memerlukan kuantifikasi,melainkan memerlukan mengembangkan pemahaman konsep dalam rangka memunculkan fakta-fakta berupa struktur,system,fungsi dan proses.

PARADIGMA
Perbedaan antara metode kuantitatif dan kualitatif ditunjukan oleh paradigmanya yang khas bai masing-masing ("Paradigma" adalahkonsep yang diambil dari Ilmu bahasa,dan artinya adalah ; tata aturan atau contoh pla dalam pembentukan kata dalam kaitannya dengan fungsi kata dalam kalimat,maupun perubahan kata sesuai dengan kala,modu dan atau jumlah.Apabila metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dianggap sebagai "bahasa penelitian" yang berbeda,maka dapat di pahami bahwa masing-masing mempunyai paradigma yang berbeda.Dalam hal ini "paradigma' berarti perangkat rambu rambu untuk menghasilkan keseluruhan penelitian yanh shahih).
Menurut Thomas Kuhn (1970),Istilah paradigm dalam il;mu pengetahuan dapat diartikan sebagai orientasi yang paling mendasar terhadap teori dan research.secara umum,paradigm dapat diartikan sebagai keseluruhan berfikir yang termasuk di dalamnya asumsi dasar,pertanyaan mendasar yang harus dijawab,tekhnik research yang digunakan serta contoh contoh mengenai bagaimana bentuk terbaik dari penelitian ilmiah.

1. KUANTITATIF
Penelitian disebut kuantitatif apabila menggunakan teori-teori dan teknik teknik statiska. Konsep konsep dasar yang perlu di jelaskan:
a. Perhitungan "statiska" dan "sensus",
b. Poulasi,univers,mean-population,target population;
c. Pengertian "sampel";
d. Variable dan indicator
e. Skala:numeric,rasio,ordinal,nominal.
f. Statistik deskritif dan statisti infrensial
2. KUALITATIF
Suatu penelitian disebut "kualitatif" apabila tak menggunakan statistic.Tetapi itu tidak berarti bahwa penelitian menjadi semata-mata "intuitif" dalam arti cemohan yang kadang-kadang dilontarkan oleh mereka yang berkecendrungan kearah "positivism".Disiplin-disiplin ilmu yang berlandaskan penelitian kualitatif,seperti ilmu Sejarah dan Filologi misalnya,mempunyai metode penelitiannya tersendiri yang sebenarnya cukup rumit dan ketat.Integritas penelitiannya amat menentukan bagi mutu hasil karyanya.
Suatu penelitian terpusat pada perumusan permasalahan penelitian sebagai gambaran persoalan yang bersifat menyeluruh yang meletakan berbagai unsure pokok penelitian dalam suatu jalinan keterkaitan hendak dideskripsikan atau hendak di perdalam pemahamannya.Permasalahan inilah yang sebenarnya harus menggiring peneliti,baik untuk mengambil teori yang dianggap sebagai landasan,maupun untuk menggunakan metode kualitatif tertentu yang dianggap tepat pula.Dalam hubungan ini seorang peneliti dapat pula mengembangkan teori atau pun menemukan metode baru.

 Notasi;
 Deskripsi;
 Perekaman;
 Transkipsi dan trantilerasi;
 Penerjemahan;
 Olahan-olahan statistic;
 Penataan data sebagai persiapan interpretasi;
 Analisis isi;
 Analisi system.

Menurut Mynarwati (2002) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan variable untuk membuktikan adanya hubungan sebab-akibat,dengan cara melakukan pengumpulan data pada sampel,kemudian dilakukan analisis statistic,dan hasilnya digeneralisasi ke popolasi dari mana sampel berasal.Jenis penelitian ini memiliki beberapa kelemahan,seperti misalnya:
• Validitas data kadang-kadang diragukan karena dapat saja kuesioner"ditembak"
• Syarat metode kuantitatif adalah mengguanakan sampel,sehuingga dapat saja tertarik orang-orang yang tidak tahu apa-apa hal yang ingin diketahui;
• Untuk generaluisai hasil penelitian, maka populasi harus homogeny,pertanyaanya adalah bagaimana menjamin homogenitas populasi;
• Penelitian kuantitatif "hanya" dapat menjawab apa dan bagaimana,tetapi tidak dapat menjawab mengapa fenomena itu terjadi;
• Penelitian kuantitatif tidak menggali nilai yang berlakudi masyarakat,padahal untuk kepentingan program,harus bertolak dari system social masyarakat.

PENELITIAN KUALITATIF
Biasanya digunakan untuk memperoleh pemahaman secara mendalam tentang sikap,kepercayaan,motivasi dan perilaku masyarakat.Teknik ini juga cocok untuk menggali alasan-alasan yang melatar belakangi perilaku tertentu.Atau pendapat responden mengenai masalah tertentu.Bila digunakan dengan tepat,penelitian kuantitatif dan kualitatif akan dapat saling melengkapi.Misalnya penelitian kuantitatif untuk memahami cara mendalam bagaimana tanggapan konsumen tentang suatu produksi,dan penelitian kuantitatif mengukur secara obyektif berapa banyak masyarakat yang mempunyai tanggapan tersebut.

PENELITIAN KUALITATIF PENELITIAN KUANTITATIF
Menggali data secara mendalam Mengukur tingkat kejadian
Menjawab pertanyaan "mengapa Menjawab "berapa banyak"
Mempelajari motivasi Mempelajari tindakan
Menemukan fakta Membuktikan fakta
Subjektif Obyektif
Eksplorasi Definitif
Interprestasi Deskripsi


KELEBIHAN PENELITIAN KUALITATIF
o Bisa mendapatkan jawaban yang mendalam
o Mengandung unsure yang obyektif atau intuitif,karena sebenarnya mulai dari merumuskan masalah,menyusun hipotesis dan menentuikan variable pada dasarnya juga dilakukan secara intuitif;
o Lebih hemat biaya;
o Dapat dilakukan dan dianalisis secepatnya,tanpa memerlukan kemampuan mengolah dan menganalisis data;
o Lebih luwes,karena rancangan bias dimodifikasi meskipun peneliti tengah dilaksanakan (teori dapat dikembangkan dilapangan)
o Tidak memerlukan fasilitas yang canggih

KELEMAHAN
o Subyektif, sehingga hasilnya sangat rawan terhadap bias,karena tergantung
dari pemahaman dan penafsiran peneliti.
o Tidak adanya proses analisis yang kaku menimbulkan keraguan apakah analisis data yang dilakukan memang sudah betul.
o Data baru bisa diperoleh bila sasaran setuju dan percaya pada peneliti,jangan
Sampai mereka menganggap peneliti sebagai musuhnya.

KAPAN PENELITIAN KUALITATIF DIGUNAKAN ??
1. Sebagai alat menggali gagasan,misalnya menjajagi penerimaan masyarakat terhadap suatu pesan,atau menjajagi perilaku masyarakat yang belum diketahui,sebelum penelitian kuantitatif.
2. Sebagai langkah awal pengembangan metode kuantitatif,misalnya dalam mengidentifikasi masalah ,mengembangkan hipotesis,mencari informasi pokok yang diperlukan,mengidentifikasi siapa yang [perlu diwawancarai dan membantu penyusunan kuesioner.
3. Sebagai cara untuk memahami hasil penelitian kuantitatif,misalnya menerangkan,memperluas dan memperjelaskan data kuantitatif untuk memahami alas an temuan yang tidak terduga,memahami penyebab kecendungan,misalnya mengapa ibu-ibu tidak lagi menyukai alat kontrasepsi spiral.
4. Sebagai metode pengumpulan utama,karena berbagai masalah mungkin tidak dapat dikuantifikasi,sehingga metode kualitatif menjadi strategi utama pengumpulan data.Terutama bila jumlah sampel sedikit,sedangkan permasalahannya kompleks.

Senin, 08 November 2010

fungsi menejemen

A. Pengertian Manajemen (Definition of Management)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
B. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.
fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.
Tool of Management
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
C. Tingkatan Manajemen (Manajemen Level).
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan :
1. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.
2. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.
3. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
Tingkatan manajer

Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:
• Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
• Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
• Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Peran antarpribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2. Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3. Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan manajer


Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[5]
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

MANAGEMENT

A. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
Manajemen sebagai suatu proses,
1. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang
diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian
yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan
mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya,Hilm an mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam
suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai
inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya
kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.<1>
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu
pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer
mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja
yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[3]

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang
ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk
mencapai suatu tujuan organisasi.
A. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai
apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.
Berbagai pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen akan tampak jelas dengan dikemukakannya
pendapat beberapa penulis sebagai berikut:
Louis A. Allen : Leading, Planning, Organizing, Controlling.
Prajudi Atmosudirdjo : Planning, Organizing, Directing, atau Actuating and Controlling.
John Robert B., Ph.D : Planning, Organizing, Command -ing, and Controlling.
Henry Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
Luther Gullich : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Repor-ting, Budgeting.
Koontz dan O’Donnel : Organizing, Staffing, Directing, Planning, Controlling.
William H. Newman : Planning, Organizing, Assem-bling, Resources, Directing, Controlling.
Dr. S.P. Siagian., M.P.A : Planning, Organizing, motivating and Controlling.
William Spriegel : Planning, organizing, Controlling
Lyndak F. Urwick : Forecasting, Planning Orga-nizing, Commanding, Coordina-ting, Controlling.
Dr. Winardi, S.E : Planning, Organizing, Coordi-nating, Actuating, Leading, Co-mmunication,
Controlling
The Liang Gie : Planning, Decision making, Directing, Coordinating, Control-ling, Improving.
James A.F.Stoner : Planning, Organizing, Leading, and Controlling.
George R. Terry : Planning, Organizing, Staffing, Motivating, and Controlling.
Dari beberapa pendapat para penulis di atas dapat dikombinasikan, fungsi-fungsi manajemen adalah
sebagai berikut:
Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit.
Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan
merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
MenurutS ton er Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai
sasaran tadi.
Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur
untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :

Mengambil keputusan

Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.

Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan
dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-
masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian
inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela
sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama
yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen
yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan
bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan
semula.
Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

Runtuhnya Dinasti Umayyah di Andalusia

Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Seperti diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu mereka tidak dapat mengatasi pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Adapun penyebab atau faktor- faktor yang menyebabkan kemunduran dari Dinasti Umayyah hingga berujung kepada runtuhnya Dinasti Tersebut adalah :
Faktor Intern
a. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut. Khalifah tidak mengenal kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peristiwa ini menyimpan dendam di kalangan para penentang Bani Umayyah, terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan terganggu.
b. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya di kalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu keuangan negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang negara. Sifat – sifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat-laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
c. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan di antara para calon khalifah. Hal ini meyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan karena inilah kekuasaan Dinasti Umayyah runtuh dan Muluk al- Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan masalah ini.
Faktor Ekstern
a. Konflik Islam dengan Kristen. Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan- kerajaan Kristen takhlukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hokum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata. Namun demikian kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan kerajaan Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan Islam dan Kristen. Pada abad ke- 11M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu. Kalau ditempat- tempat lain para Muallaf diprelakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana polotik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang- orang Arab tidak pernah menerima orang- orang pribumi. Akibatnya, kelompok- kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu menadatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio- ekonomi Negara tersebut.
c. Kesulitan Ekonomi. Di paruh ke dua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d. Keterpencilan. Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
e. Banyaknya gerakana pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.
f. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayyah mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan negara.
Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya Dinasti Bani Umayyah benar-benar mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah lebih kurang 6 tahun (744-750) M).
Keruntuhan dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M. Pada peristiwa ini terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Sementara yang tersisa masih hidup, terus dikejar kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.
Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauana sosial dan politik, sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas. Bergabungnya masyarakat untuk mengalahkan kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa masa kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar tahun 750 M Bani Umayyah tumbang.
Adapun sebab- sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
a. Terjadinya persaingan kekuasaana di dalam anggota keluarga Bani Umayyah.
b. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara.
c. Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ah.
d. Serangan pasukan Abu Musim al-Khurasani dan pasukan Abul Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan menghancurkannya.
 Ibrah dari Runtuhnya Dinasti Umayyah Di Spanyol (Andalusia)
Keruntuhan Daulah Umayyah II di Spanyol merupakan suatu peristiwa sejarah yang perlu kita gali hikmahnya. Di antara hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah :
a. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan sebaiknya diberikan kepada orang yang memenuhi keriteria kecakapapan kepemimpinan seperti adil, bijaksana, mempunyai kemampuan manajerial, berwawasan ke depan dan seterusnya.
b. Pergantian kepemimpinan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang yang mempunyai kepemimpinan baik menjadi seorang pemimpin.