Kamis, 25 November 2010

IMPLEMENTASI DEMOKRASI PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI (Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional)

Oleh :
Sindy Dwija Widyaswara (2008510015)

Globalisasi yang berasal dari kata global (inggris) yang berarti umum merupakan suatu proses perubahan secara menyeluruh di segala aspek kehidupan manusia tanpa terkecuali. Dewasa ini globalisasi mulai marak dibicarakan oleh seluruh lapisan masyarakat dunia. Dengan adanya globalisasi maka secara otomatis hubungan antar negara dan bangsa pun akan semakin meningkat. Ditandai dengan adanya pasar bebas, pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), wawasan budaya yang luas, peningkatan bisnis dan pariwisata, serta tentunya luasnya lapangan pekerjaan merupakan peluang positif adanya Globalisasi. Walaupun tidak dipungkiri adanya konsekwensi negatif dengan munculnya globalisasi seperti terjadinya disintegrasi bangsa, kapitalisme modern, semakin samarnya identitas dan batas suatau bangsa, serta akan menambah jumlah pengangguran. Bagi Negara- Negara Adidaya seperti Amerika, Rusia, dan Jepang, munculnya Globalisasi merupakan hal yang menguntungkan bagi kemajuan bangsanya. Namun bagi Negara- Negara Dunia ke tiga yaitu Negara- Negara berkembang seperti Indonesia, adanya Globalisasi merupakan tantangan yang besar untuk menggunakan cara- cara yang cerdas untuk memajukan kualitas Bangsanya. Dan disinilah peran pendidikan menjadi penting. karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas suatu Bangsa.
Bicara mengenai hal pendidikan maka tidak akan terpisahkan dengan mutu atau kualitas generasi bangsa suatu Negara. Tuntutan zaman di Era Global ini pun secara tidak langsung berpengaruh kepada sistem Pendidikan Nasional. Bagaimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya agar mampu bersaing dengan dunia Internasional. Pendidikan adalah salah satu jalannya untuk menuju itu semua. Karena dengan pendidikan lah seseorang akan belajar banyak hal. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas baik maka akan menghasilkan lulusan yang berkompeten dan mampu bersaing dengan dunia luar. Di Era Globalisasi yang sarat akan teknologi ini pendidikan pun akan semakin maju, memenuhi tuntutan zaman. Dahulu sistem pendidikan di sekolah- sekolah banyak yang bertumpu pada guru (teacher centered) sebagai pusat ilmu pengetahuan, namun kini paradigmanya menjadi bergeser bahwa peserta didik pun harus ikut serta aktif dalam proses pendidikan karena yang menjadi obyek penting dalam pendidikan adalah peserta didik. Maka dari itu lah kini pendidikan adalah berpusat pada peserta didik (student centered). Dalam sistem pendidikan di Era Global, guru bertugas sebagai mediator dan fasilitator kebutuhan belajar peserta didiknya, maka keaktifan peserta didik sangat di tuntut dalam proses belajar mengajar. Peserta didik mulai membiasakan diri mencari permasalahan yang berhubungan dengan ilmu terkait yang dipelajarinya, dan dituntut untuk mencari jalan keluarnya sendiri. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat mandiri dalam belajar dan dapat menguji kecardasan emosional, dan sosialnya.
Pendidikan di Era Globalisasi harus berfokus pada pengembangan potensi belajar siswa. Potensi tersebut meliputi potensi kognitif, potensi afektif dan potensi psikomotorik. Dan tugas seorang pendidik adalah membantu para siswa untuk menemukan dan mengembangkan setiap potensinya. Segala hal yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar, semata- mata guna tercapainya tujuan pendidikan. Tentunya dalam pembelajaran harus menggunakan prinsip demokkasi. Di Negara Indonesia sendiri yang berasaskan demokrasi dalam segala aspek, sama halnya dengan dunia pendidikan. Demokrasi dalam dunia pendidikan secara substansi memiliki pengertian bahwa demokrasi yang diwarnai oleh jiwa kependidikan, adanya kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan potensi kepribadian peserta didik, serta menciptakan suasana lingkungan sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan nasional. Demokrasi pendidikan dilandasi oleh Undang- Undang no. 20 tahun 2003, pasal 4 ayat 1 yang berbunyi : “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, cultural dan kemajemukan bangsa.”
Dalam undang undang tersebut akan melahirkan prinsip- prinsip demokrasi pendidikan yang meliputi hak azasi untuk memperoleh pendidikan, kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, serta hak dan kesempatan atas dasar kemampuan. Sejalan dengan itulah pemerintah mengadakan program wajib belajar sembilan tahun. Program wajib belajar Sembilan tahun ini merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia di Era Globalisasi, selain itu juga program bejar Sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah adalah sebagai wujud realisasi dari demokrasi pendidikan. Upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan tidak hanya sampai disitu. Kita ketahui bersama bahwa tingkat perekonomian warga Megara Indonesia pun berbeda- beda, maka untuk meringankan masyarakat dala mengenyam pendidikan di berlakukannya BOS (Bantuan Operasiona Sekolah) yang merupakan subsidi dari pemerintah dalam bidang pendidikan guna meringankan biaya administrasi pendidikan para siswanya. Jika di atas telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip demokrasi pendidikan adalah adanya kesempatan yang sama untuk mengeyam pendidikan, tidak peduli status sosial peserta didik tersebut, maka pengadaan BOS adalah satu bukti penyelengaraan demokrasi pendidikan di Indonesia telah berjalan, walaupun pada kenyataanya belum maksimal.
Apabila suatu Negara memiliki sistem pendidikan yang baik, maka sistem pendidikan tersebut akan mampu melahirkan pribadi- pribadi yang berkualitas baik pula, dan sebaliknya. Pada hakikatnya tujuan pendidikan di Era Globalisasi ini adalah menyediakan sumber daya manusia yang siap bersaing secara internasional. Berbagai cara dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia agar mampu mempersiapan pribadi- pribadi bangsa yang siap bersaing secara internasional. Selain mengalakkan program belajar Sembilan tahundan pengadaan subsidi BOS yang diberlakukan guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Tenaga pendidik dan kependidikan pun perlu diperhatikan, karena untuk mencetak generasi bangsa yang berkualitas tinggi, maka diperlukan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas pula, sesuai dengan tingkat profesionalitasnya. Salah satu upaya pemerintahan dalam hal ini adalah mengadakan beasiswa bagi para pendidik yang berprestasi, serta mengadakan pelatian- pelatian serta seminar- seminar pendidikan yang berfungsi sebagai sarana peningkatan wawasan bagi para pendidik dan tenaga kependididkan. Penelitian- penelitian dalam bidang pendidikan pun dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien dan guna mencari solusi dari berbagai macam permasalahan- permasalahan dalam hal pendidikan. Peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependididkan pun diperhatikan, dengan konsekwensi tanggung jawab serta kriteria untuk menjadi seorang pendidik dan tenaga kependidikan menjadi semakin detail. Hal ini menunjukan adanya hak dan kewajiban, ketika seseorang telah baik mengerjakan kewajibannya maka ia berhak mendapatkan imbalan yang sesuai.
Peningkatan mutu pendidikan di Era Globalisasi pun bersifat menyeluruh. Kurikulum dalam pendidikan pun menyatakan adanya implementasi demokrasi pemdidikan didalamnya. Kita ketahui bahwa saat ini diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau biasa disingkat dengan KTSP. Pada awalnya kurikulum pendidikan mutlak disusun oleh pemerintah pusat, tanpa campur tangan orang pihak lain. Namun seiring berjalannya waktu maka kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan pun semakin pesat. Kurikulum yang dirancang oleh pemerintah pusat saja belum mampu efektif mencapai tujuan pendidikan nasional, karena yang mengetahui potensi masyarakat Indonesia sendiri adalah daerahnya. Maka di berlakukanya KTSP. Yang menitik beratkan pada pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan. Setiap daerah memiliki tanggung jawab dan kewajiban dalam mengembangkan dan mengelola pendidikannya masing- masing sesuai dengan dasar kurikulum yang berpatok pada pemerintah pusat, namun dalam pelaksanaannya dirancang oleh lembaga pendidikan terkait, dan memikirkan serta melakukan cara- cara agar tercapainya tujuan pendidikan ansional secara utuh. Dengan adanya KTSP maka potensialitas suatu daerah akan terlihat, dan menjadi pembelajaran tersendiri bagi daerah yang terkait agar belajar mandiri untuk mengelola bagi peningkatan mutu daerahnya. Yang nantinya juga berpengaruh bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Dapat dibuktikan dengan adanya KTSP adalah wujud dari implementasi demokrasi pendidikan di Era Global yang merupakan upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan pendidikan di Era Globalisasi bukan lagi bertumpu pada teaching namun lebih difokuskan pada aspek learning, peserta didik diajak untu menjadi peka dalam pembelajaran bukan hanya teori yang Nampak, namun juga membahas permasalahan- permasalahan sosial yang yang aktual serta mencari solusinya. Mereka dituntut untuk mengalami sendiri dengan segenap alat inderanya dalam pembelajaran agar selain mengetahiu, mereka akan faham, menghayati dan akhirnya akan mengaplikasikan hasil proses belajar tersebut dalam kehidupan sehari- hari berupa sikap yang baik. tentunya wawasan keilmuannya pun dapat ditunjang dengan kemajuan teknologi di Era Globalisasi, tuntutan Globalisasi mengharuskan masyarakat Indonesia terutama dalam hal Pendidikan untuk memanfaatkan teknologi secara positif sebagai alat yang mempermudah proses pembelajaran tersebut. perlu dicatat bahwa dengan selalu berkembangnya masyarakat dan kebutuhan hidup manusia pun semakin meningkat di Era Gloabalisasi ini, demikian pula permasalahan pendidikan, masih banyak yang harus dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan kualitas Bangsa Indonesia, dengan mendidik generasi mudanya agar menjadi sumber daya insani yang siap bersaing dalam kancah internasional. Yang tentunya semua itu tak akan pernah bisa terwujud apabila tidak ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Indonesia. Kesadaran akan pentingnya pendidikan harus ditanamkan dalam diri setiap warga Indonesia, agar masyarakat semakin bersemangat dalam menuntut ilmu. Perlu ditekankan, bahwa hal yang terpenting dalam pendidikan adalah tumbuhnya kecakapan dalam bersikap dan bertindak, bukan hanya kepintaran dalam hal teori, namun kemahiran dalam mengambil pelajaran dari setiap proses pembelajaran yang nantinya tercermin dalam sikap dan kepribadian bangsa yang baik.

Jumat, 19 November 2010

METLIT

Teori : Hubungan antara fakta yang dikumpulkan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Jadi : Teori = fakta
TEORI
 Menentukan orientasi ilmu pengetahuan dan jalan menentukan data yang harus dikumpulkan
 Memberikan skema klasifikasi, hubungan dan sistematisasi gejala-gejala secara konseptual
 Menyimpulkan fakta ke dalam
1. Generalisasi Empirik
2. Sistem Generalisasi
 Memprediksi fakta
Fakta didefinisikan sebagai:
Apa yang sesungguhnya terjadi
FAKTA
 Membangun teori
 Dapat dipakai untuk mereformulasi teori yang ada
 Merubah orientasi/focus suatu teori
 Menjelskan teori
Peranan fakta :
 Menimbulkan /membangun teori
 Dasar penolakan atau reformulasi teori yang ada
 Menjelaskan teori

KEGUNAAN KAJIAN PUSTAKA
1. Penjajagan bidang yang di teliti
2. Penilaian masalah
3. Perbaikan perumusan masalah
4. Landasan penyusunan hipotesis
5. Memberikan penilain pada penelitian
6. Member model/contoh,baik yang positif maupun yang negative
7. Menghindari terjadinya kesalahan
Tujuan kajian penelitian yang relevan :
1. Melihat apa yang pernah diteliti
2. Melihat sejauh mana perkembangan bidang ilmu
3. Mendeteksi keunggulan/kelemahan penelitian-penelitian
4. Mwnghindari duplikasi
5. Menghindari kesalahan-kesalahan yang telah dibuat peneliti-peneliti sebelumnya.
KESALAHAN-KESALAHAN pada kajian pustaka
1. Tergesa-gesa
2. Terlalu banyak mengandalkan data sekunder
3. Hanya melihat hasil penelitian lain,tidak: prosedur,teknik pengukuran,analisis data,dsb.
4. Tidak melihat berbagai sumber
5. Tidak member batasan yang jelas
6. Mengokopi data dengan tidak benar
7. Sumber pustaka hilang
8. Tidak dapat memisahkan informasi penting dengan yang tidak
9. Di susun dalam bentuk cuplikan-cuplikan.


MODEL DEDUKTIF
Penelitian dipakai untuk menguji teori
MODEL INDUKTIF
Teori dibangun dari hasil analisis data
METODE
" Jalan ke"



METODELOGI
 Proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang diterapkan untuk mencari jawaban terhadap masalah
Mencangkup



 Blue print penelitian
METODELOGI penelitian
 Rancangan
 Populasi,sample+teknhik pengambilannya
 Perlakuan (pada penelitian eksperimen),Prosedur (pada penelitian lain)
 Teknik pengumpulan data
 Analisis data
POPULASI
Suatu kumpulan subjek atau kejadian (events) yang mempunyai sifat/karakteristik sama.
Sampel :sub kelompok populasi
Cara/teknik pengambilan sample sangat penting untuk menetukan validalitas kesimpulan yang ditarik dari sampel-populasi.

BESAR SAMPEL
Sampel yang jumlahnya diperlukan apabila :
1. Perlu ada pembagian menjadi sub sampel/kategori lagi
2. Ada variable-variable lain yang mungkin dapat berinteraksi dengan variable penelitian
3. Hasil yang diharapkan didalam penelitian akan sukar diamati.Yang penting: BUKAN besar sampel,tetapi apakah sampel tersebut MEWAKILI populasi (representativeness).
KEUNTUNGAN SAMPEL BESAR
1. Representatif
2. Kekuatan statistic yang lebih besar (lebih mudah menarik Ho)
3. Data lebih terinci
KELEMAHAN
1. Biaya besar
2. Pengelolaan lebih sulit
3. Observasi lebih sulit (kesalahan lebih besar)
4. Kemungkinan kesalahan lenbih besar dalam :
- Transfer data
- Perhitungan
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Acak (semua anggota populasi yang mempunyai peluang sama untuk muncul menjadi anggota sampel)
2. Berdasarkan strata (yang mempunyai karekteristik berlainan)
3. Berdasarkan proporsi (apabila populasi mempunyai perbandingan tertentu)
4. Sistemik
5. Kluster (kelompok)
6. Purposive
7. Accidental/conveniace sampel (sampel yang tidak dapat di pakai untuk menarik generalisasi ke populasi.

KESALAHAN-KESALAHAN di dalam Perancangan penentuan Populasi + Sampel + Teknik Pengambilannya:
o Mengambil atau memilih rancangan yang lemah
o Populasi tidak jelas
o Memakai volunteer sebagai sampel
o Sampel terlalukecil atau terlalu besar
o Rancangan tidak terinci
o Alokasi waktu salah


HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang di ajukan,yang kebenarannya perlu dibuktikan secara empiric dengan penelitian yang akan dilakukan.
• Merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian
• Merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahn yang diajukan dalam penelitian.
( Fraenkel &Wallen, 1990)
Perumusan hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah kepada prose pengumpulan data serta penyelidikan itu sendiri.
(Jhon W.Best, dalam Sanapiah Faisal, 1982)

SKEMA JENIS-JENIS HIPOTESIS















KEGUNAAN HIPOTESIS
 Merupakan keterangan tentative
 Menentukan macam data yang dikumpulkan
 Merupakan kerangka pelaporan kesimpulan hasil penelitian
METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Pembedaan antara kuantitatif dan kualitatuif dalam pelaksanaan penelitian ini kurang lebih sejajar dengan pembedaan antara ilmu-ilmu non-eksata.Ilmu-ilmu eksata mengandalkan pada data yang terukur dengan pasti dan analisis pun dilakukan dengan menggunakan landasan matematika dan statiska,atau dengan kata lain,menggunakan ketode kuantitatif.Sebaliknya,ilmu-ilmu yang tergolong non-eksakta justru tidak memerlukan kuantifikasi,melainkan memerlukan mengembangkan pemahaman konsep dalam rangka memunculkan fakta-fakta berupa struktur,system,fungsi dan proses.

PARADIGMA
Perbedaan antara metode kuantitatif dan kualitatif ditunjukan oleh paradigmanya yang khas bai masing-masing ("Paradigma" adalahkonsep yang diambil dari Ilmu bahasa,dan artinya adalah ; tata aturan atau contoh pla dalam pembentukan kata dalam kaitannya dengan fungsi kata dalam kalimat,maupun perubahan kata sesuai dengan kala,modu dan atau jumlah.Apabila metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dianggap sebagai "bahasa penelitian" yang berbeda,maka dapat di pahami bahwa masing-masing mempunyai paradigma yang berbeda.Dalam hal ini "paradigma' berarti perangkat rambu rambu untuk menghasilkan keseluruhan penelitian yanh shahih).
Menurut Thomas Kuhn (1970),Istilah paradigm dalam il;mu pengetahuan dapat diartikan sebagai orientasi yang paling mendasar terhadap teori dan research.secara umum,paradigm dapat diartikan sebagai keseluruhan berfikir yang termasuk di dalamnya asumsi dasar,pertanyaan mendasar yang harus dijawab,tekhnik research yang digunakan serta contoh contoh mengenai bagaimana bentuk terbaik dari penelitian ilmiah.

1. KUANTITATIF
Penelitian disebut kuantitatif apabila menggunakan teori-teori dan teknik teknik statiska. Konsep konsep dasar yang perlu di jelaskan:
a. Perhitungan "statiska" dan "sensus",
b. Poulasi,univers,mean-population,target population;
c. Pengertian "sampel";
d. Variable dan indicator
e. Skala:numeric,rasio,ordinal,nominal.
f. Statistik deskritif dan statisti infrensial
2. KUALITATIF
Suatu penelitian disebut "kualitatif" apabila tak menggunakan statistic.Tetapi itu tidak berarti bahwa penelitian menjadi semata-mata "intuitif" dalam arti cemohan yang kadang-kadang dilontarkan oleh mereka yang berkecendrungan kearah "positivism".Disiplin-disiplin ilmu yang berlandaskan penelitian kualitatif,seperti ilmu Sejarah dan Filologi misalnya,mempunyai metode penelitiannya tersendiri yang sebenarnya cukup rumit dan ketat.Integritas penelitiannya amat menentukan bagi mutu hasil karyanya.
Suatu penelitian terpusat pada perumusan permasalahan penelitian sebagai gambaran persoalan yang bersifat menyeluruh yang meletakan berbagai unsure pokok penelitian dalam suatu jalinan keterkaitan hendak dideskripsikan atau hendak di perdalam pemahamannya.Permasalahan inilah yang sebenarnya harus menggiring peneliti,baik untuk mengambil teori yang dianggap sebagai landasan,maupun untuk menggunakan metode kualitatif tertentu yang dianggap tepat pula.Dalam hubungan ini seorang peneliti dapat pula mengembangkan teori atau pun menemukan metode baru.

 Notasi;
 Deskripsi;
 Perekaman;
 Transkipsi dan trantilerasi;
 Penerjemahan;
 Olahan-olahan statistic;
 Penataan data sebagai persiapan interpretasi;
 Analisis isi;
 Analisi system.

Menurut Mynarwati (2002) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan variable untuk membuktikan adanya hubungan sebab-akibat,dengan cara melakukan pengumpulan data pada sampel,kemudian dilakukan analisis statistic,dan hasilnya digeneralisasi ke popolasi dari mana sampel berasal.Jenis penelitian ini memiliki beberapa kelemahan,seperti misalnya:
• Validitas data kadang-kadang diragukan karena dapat saja kuesioner"ditembak"
• Syarat metode kuantitatif adalah mengguanakan sampel,sehuingga dapat saja tertarik orang-orang yang tidak tahu apa-apa hal yang ingin diketahui;
• Untuk generaluisai hasil penelitian, maka populasi harus homogeny,pertanyaanya adalah bagaimana menjamin homogenitas populasi;
• Penelitian kuantitatif "hanya" dapat menjawab apa dan bagaimana,tetapi tidak dapat menjawab mengapa fenomena itu terjadi;
• Penelitian kuantitatif tidak menggali nilai yang berlakudi masyarakat,padahal untuk kepentingan program,harus bertolak dari system social masyarakat.

PENELITIAN KUALITATIF
Biasanya digunakan untuk memperoleh pemahaman secara mendalam tentang sikap,kepercayaan,motivasi dan perilaku masyarakat.Teknik ini juga cocok untuk menggali alasan-alasan yang melatar belakangi perilaku tertentu.Atau pendapat responden mengenai masalah tertentu.Bila digunakan dengan tepat,penelitian kuantitatif dan kualitatif akan dapat saling melengkapi.Misalnya penelitian kuantitatif untuk memahami cara mendalam bagaimana tanggapan konsumen tentang suatu produksi,dan penelitian kuantitatif mengukur secara obyektif berapa banyak masyarakat yang mempunyai tanggapan tersebut.

PENELITIAN KUALITATIF PENELITIAN KUANTITATIF
Menggali data secara mendalam Mengukur tingkat kejadian
Menjawab pertanyaan "mengapa Menjawab "berapa banyak"
Mempelajari motivasi Mempelajari tindakan
Menemukan fakta Membuktikan fakta
Subjektif Obyektif
Eksplorasi Definitif
Interprestasi Deskripsi


KELEBIHAN PENELITIAN KUALITATIF
o Bisa mendapatkan jawaban yang mendalam
o Mengandung unsure yang obyektif atau intuitif,karena sebenarnya mulai dari merumuskan masalah,menyusun hipotesis dan menentuikan variable pada dasarnya juga dilakukan secara intuitif;
o Lebih hemat biaya;
o Dapat dilakukan dan dianalisis secepatnya,tanpa memerlukan kemampuan mengolah dan menganalisis data;
o Lebih luwes,karena rancangan bias dimodifikasi meskipun peneliti tengah dilaksanakan (teori dapat dikembangkan dilapangan)
o Tidak memerlukan fasilitas yang canggih

KELEMAHAN
o Subyektif, sehingga hasilnya sangat rawan terhadap bias,karena tergantung
dari pemahaman dan penafsiran peneliti.
o Tidak adanya proses analisis yang kaku menimbulkan keraguan apakah analisis data yang dilakukan memang sudah betul.
o Data baru bisa diperoleh bila sasaran setuju dan percaya pada peneliti,jangan
Sampai mereka menganggap peneliti sebagai musuhnya.

KAPAN PENELITIAN KUALITATIF DIGUNAKAN ??
1. Sebagai alat menggali gagasan,misalnya menjajagi penerimaan masyarakat terhadap suatu pesan,atau menjajagi perilaku masyarakat yang belum diketahui,sebelum penelitian kuantitatif.
2. Sebagai langkah awal pengembangan metode kuantitatif,misalnya dalam mengidentifikasi masalah ,mengembangkan hipotesis,mencari informasi pokok yang diperlukan,mengidentifikasi siapa yang [perlu diwawancarai dan membantu penyusunan kuesioner.
3. Sebagai cara untuk memahami hasil penelitian kuantitatif,misalnya menerangkan,memperluas dan memperjelaskan data kuantitatif untuk memahami alas an temuan yang tidak terduga,memahami penyebab kecendungan,misalnya mengapa ibu-ibu tidak lagi menyukai alat kontrasepsi spiral.
4. Sebagai metode pengumpulan utama,karena berbagai masalah mungkin tidak dapat dikuantifikasi,sehingga metode kualitatif menjadi strategi utama pengumpulan data.Terutama bila jumlah sampel sedikit,sedangkan permasalahannya kompleks.

Senin, 08 November 2010

fungsi menejemen

A. Pengertian Manajemen (Definition of Management)
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
B. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.
fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.
Tool of Management
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
C. Tingkatan Manajemen (Manajemen Level).
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan :
1. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.
2. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.
3. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
Tingkatan manajer

Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:
• Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
• Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
• Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Peran antarpribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2. Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3. Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan manajer


Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[5]
1. Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
2. Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

MANAGEMENT

A. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
Manajemen sebagai suatu proses,
1. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang
diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian
yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan
mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya,Hilm an mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam
suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai
inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya
kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.<1>
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu
pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer
mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja
yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[3]

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang
ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk
mencapai suatu tujuan organisasi.
A. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai
apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.
Berbagai pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen akan tampak jelas dengan dikemukakannya
pendapat beberapa penulis sebagai berikut:
Louis A. Allen : Leading, Planning, Organizing, Controlling.
Prajudi Atmosudirdjo : Planning, Organizing, Directing, atau Actuating and Controlling.
John Robert B., Ph.D : Planning, Organizing, Command -ing, and Controlling.
Henry Fayol : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
Luther Gullich : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Repor-ting, Budgeting.
Koontz dan O’Donnel : Organizing, Staffing, Directing, Planning, Controlling.
William H. Newman : Planning, Organizing, Assem-bling, Resources, Directing, Controlling.
Dr. S.P. Siagian., M.P.A : Planning, Organizing, motivating and Controlling.
William Spriegel : Planning, organizing, Controlling
Lyndak F. Urwick : Forecasting, Planning Orga-nizing, Commanding, Coordina-ting, Controlling.
Dr. Winardi, S.E : Planning, Organizing, Coordi-nating, Actuating, Leading, Co-mmunication,
Controlling
The Liang Gie : Planning, Decision making, Directing, Coordinating, Control-ling, Improving.
James A.F.Stoner : Planning, Organizing, Leading, and Controlling.
George R. Terry : Planning, Organizing, Staffing, Motivating, and Controlling.
Dari beberapa pendapat para penulis di atas dapat dikombinasikan, fungsi-fungsi manajemen adalah
sebagai berikut:
Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit.
Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan
merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
MenurutS ton er Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai
sasaran tadi.
Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur
untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :

Mengambil keputusan

Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.

Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan
dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-
masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian
inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela
sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama
yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen
yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan
bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan
semula.
Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

Runtuhnya Dinasti Umayyah di Andalusia

Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Seperti diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu mereka tidak dapat mengatasi pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Adapun penyebab atau faktor- faktor yang menyebabkan kemunduran dari Dinasti Umayyah hingga berujung kepada runtuhnya Dinasti Tersebut adalah :
Faktor Intern
a. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut. Khalifah tidak mengenal kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peristiwa ini menyimpan dendam di kalangan para penentang Bani Umayyah, terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan terganggu.
b. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya di kalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu keuangan negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang negara. Sifat – sifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat-laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
c. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan di antara para calon khalifah. Hal ini meyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan karena inilah kekuasaan Dinasti Umayyah runtuh dan Muluk al- Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan masalah ini.
Faktor Ekstern
a. Konflik Islam dengan Kristen. Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan- kerajaan Kristen takhlukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hokum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata. Namun demikian kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan kerajaan Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan Islam dan Kristen. Pada abad ke- 11M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu. Kalau ditempat- tempat lain para Muallaf diprelakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana polotik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang- orang Arab tidak pernah menerima orang- orang pribumi. Akibatnya, kelompok- kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu menadatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio- ekonomi Negara tersebut.
c. Kesulitan Ekonomi. Di paruh ke dua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d. Keterpencilan. Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
e. Banyaknya gerakana pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.
f. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayyah mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan negara.
Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya Dinasti Bani Umayyah benar-benar mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah lebih kurang 6 tahun (744-750) M).
Keruntuhan dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M. Pada peristiwa ini terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Sementara yang tersisa masih hidup, terus dikejar kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.
Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauana sosial dan politik, sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas. Bergabungnya masyarakat untuk mengalahkan kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa masa kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar tahun 750 M Bani Umayyah tumbang.
Adapun sebab- sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
a. Terjadinya persaingan kekuasaana di dalam anggota keluarga Bani Umayyah.
b. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara.
c. Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ah.
d. Serangan pasukan Abu Musim al-Khurasani dan pasukan Abul Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan menghancurkannya.
 Ibrah dari Runtuhnya Dinasti Umayyah Di Spanyol (Andalusia)
Keruntuhan Daulah Umayyah II di Spanyol merupakan suatu peristiwa sejarah yang perlu kita gali hikmahnya. Di antara hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah :
a. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan sebaiknya diberikan kepada orang yang memenuhi keriteria kecakapapan kepemimpinan seperti adil, bijaksana, mempunyai kemampuan manajerial, berwawasan ke depan dan seterusnya.
b. Pergantian kepemimpinan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang yang mempunyai kepemimpinan baik menjadi seorang pemimpin.

Hanya Dalam Kanvas

" Pun jika tak ada sisa untukku,,"



Biarlah segalanya menjadi nyata,,



Agar aku faham dan mampu menikmatinya,,



Tak bersisa bukan berarti akhir,,,



Biar ku tuang saja kenangan ini dalam sebuah kanvas,,



Nanti,, diatasnya akan tertoreh banyak warna,,



Dan pada akhirnya terjadi gradasi pelangi yang indah,,



sama hal nya ketika angin membisik manja ditelinga kita,,





ketika sayup sang malam membuai hati dan perasaan kita hingga larut berganti fajar,,



ketika panas mampu membakar fikiran hingga hanya cela yang Nampak,



Ketika tajamnya kata- kata mampu menyayat setiap manusia yang kita singgahi,



Ketika rasa tak peduli mengangkasa hingga hanya angkuh yang dirasa.



Tawa itu pernah lepas bersama,,, hingga sesak tak dapat dicegah.





Tak akan dapat dan mampu ia lepas dari ingatan dan bayangan.



Kita memilikinya,, hingga batas waktu yang tak ditentukan,,



Bersenanglah,,, ketika jalan kita berlawanan,,



Akan ada banyak cerita yang memang harus dibagi,,



Seberapa jauh kau,, aku melangkah,,



Seberapa banyak pengalaman yang mampir,,,



Dan seberapa besar perubahan yang dibuatnya,,



Kepadamu,, maupun aku,,



Ku hargai itu semua sebagai bagian dari puzzle hidup.



Masih panjang jalan untuk melengkapinya,,



Membuatnya sempurna,, agar Nampak jelas nantinya,



Nanti, kau pun demikian,,



Sama menyusun puzzle hidup,,



Mungkin, hanya caranya saja yang berbeda,



Dan pesanku,,



Nikmatilah,,,



Karena yang ada sekarang,, belum tentu akan kita temui di kemudian hari.

Bangga Indonesiaku

"gemah ripah loh jinawi"

negeriku merah putih,
cerminan keseragaman yang berbalut kebinekaan.

bangsaku bermartabat,
taringnya pun mendunia.

elok karya, khas anak bangsa.

kami bangga,
negeri ini kaya.

aneka budaya, tersebar dalam jajaran nusantara.

torehan canting dalam kain,
menjadikannya batik,khas negeri kami.
pun bercorak lain, tetaplah batik.

kreatif negeri kami,
kulit binatang disulapnya jadi wayang kulit.
membuatnya lebih bermakna.
tak perlu hiburan mendunia,
di negeri kami, wayang kulit tersohor.

bali,
anggun wanitanya, mencipta gemulai tari pendet.
memukau setiap wisatawan yang singgah.
dan itupun, MASIH budaya kami. INDONESIA

lalu lihatlah,

bangsa lainpun mengakuinya.

tanpa malu mengusik budaya Nusantara yang mendarah daging.

batik, wujud cinta kami pada bangsa, di aku nya.

wayang kulit, hasil kreasi bangsa, di ambilnya.

bahkan pendet,

jelas hanya bali yang mampu, pun di klaim nya.

bangsaku ramah,

namun tak sudi identitas bangsa dijarah.

bangsaku,

tanah airku,

kayanya negeri kami,

bermacam budaya bersatu didalamnya.

jaga, dan akan selalu kami jaga.

hingga tak ada aku- aku lain bangsa.

Indonesiaku, kami bangga.

Kamis, 04 November 2010

DINASTI MUWAHIDDUN

_DINASTI MUWHAIDDUN_

Terbentuknya Dinasti Muwahhidun beranjak dari kondisi Afrika Utara pada waktu kekuasaan Murabithun mulai melemah. Wafatnya Yusuf bin Tasyufin pada tahun 1106 M, berakibat buruk bagi Murabithun, karena pemimpin-pemimpin setelah dia adalah orang-orang yang lemah. Kondisi semakin kacau ketika pimpinan fuqaha’ dipegang oleh seorang sufi yang ekstrim dan mulai menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan Sunnah (paham tajassum/ mengatakan bahwa Tuhan mempunyai bentuk seperti tubuh manusia). Kehidupan masyarakat sudah materialistis, di samping terjadinya stagnasi dalam pemikiran para pengikut Imam Malik, yang menyatakan tidak perlu lagi mempelajari Tafsir al-Qur’an dan hadits karena semua itu telah dilakukan oleh Imam Malik.
Dalam kondisi demikian muncul Ibn Tumart dari kabilah masmudah pasca belajar dari beberapa daerah pusat penyebaran Islam (Cordova, Alexandria, Makkah dan Bagdad) dan juga belajar kepada al-Ghazali yang beraliran asy’ariah. Sekitar tahun 1100 M dia kembali ke Maroko dan menyebarkan ajarannya yang mendapat sambutan baik dari masyarakat. Inti ajarannya adalah tauhidullah, mengesakan Tuhan dan praktek-praktek keagamaan yang bertentangan dengan ajaran Islam dia kritik secara tajam. Di samping memperkenalkan ajaran itu Ibn Tumart juga mendakwakan dirinya sebagai al-Mahdi yang akan membangkitkan kebenaran dan keadilan.
Gerakan yang dibangun berdasarkan kebenaran dan kemurnian ajaran Islam tersebut berhasil merangkul banyak pengikut dari masyarakat, walaupun terkadang dakwahnya tidak selalu mulus. Pada tahun 1117 M Ibn Tumart dan pengikutnya terusir dari tempat tersebut, sehingga dia pergi ke Marakesy . Namun, karena ditempat tersebut kehadirannya tidak begitu mendapat sambutan, akhirnya dia pergi ke Tilimsan (Tinmal/Tanmaal). Dari tempat inilah dia menyusun kekuatan yang berwujud menjadi sebuah dinasti di temani oleh Abdul Mu’min yang ia dapatkan di Marakesy.
Untuk menyebarkan dakwahnya dia kirim da’i keberbagai daerah untuk mengajak kepada kebenaran (amar ma’ruf) dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk (nahi mungkar). Kepada pengikutnya dia menyerukan supaya mendirikan shalat tepat waktu, berakhlak terpuji, taat pada undang-undang, membuat wirid yang dibuat oleh imam Mahdi dan mendalami kitab-kitab aqidah al-Muwahhidun. Adapun untuk menggalang (membentengi) diri dari dalam, maka dibentuklah dewan, di antaranya adalah sebagai berikut:
• Dewan Menteri (ahlal-syarah/ahl-al-jama’ah) terdiri dari sepuluh orang pembai’ah al-Mahdi sebagai kepala da’i kalangan murid-murid, seorangnya adalah Abdul Mu’min.
• Dewan Majelis pemuka suku yang menjdai wakil tiap suku, jumlahnya lima puluh orang (al-Khamain), dan Majelis Rakyat, terdiri dari para murid (al-Thalabah), keluarga al-Mahdi (ahl al-dar), kabilah Hurghah dan orang awan (ahl Timal) Tanmaal.
Tujuan dibentuk dewan tersebut adalah untuk mengkoordinir anggota dalam pengembangan agama dan juga untuk memudahkan mengkoordinir pemerintahan dari segi politik. Waktu kekuatan telah terhimpun dengan rapi datang serangan dari dinasti Murabitun kepada suku Masmudah yang membangkang kepada pemerintahan resmi, serangan tersebut dipimpin oleh Gubernur Sus dengan kemenangan dipihak Muwahhidun. Akibatnya Muwahhidun mengalami kemajuan yang pesat, dan pada tahun 1125 M di bawah pimpinan Abdul Mu’min pasukan ini menyerang kota Marakesy tetapi mengalami kegagalan.
Pada tahun 1130 M Ibn Tumart menemui ajalnya, sehingga melalui kesepakatan Dewan Menteri dinobatkanlah Abdul Mu’min menjadi khalifah pengganti al-Mahdi dengan sebutan Amiru al-Mu’minin. Setelah dinobatkan sebagai khalifah kerjanya adalah mengakhiri Dinasti Murabithun dan menundukkan kabilah yang ada di Maroko. Akibatnya secara resmi berdirilah Dinasti Muwahhidun di Maroko dan menjadikan Maroko sebagai pusat pemerintahannya setelah daerah ini ditaklukan pada tahun 1146 M dengan para pemimpin sebagai berikut :
1. Ibn Tumart (w.1130 M)
2. Abdul Mu’min (w.1163 M)
3. Abu Yaqub Yusuf ibn Abdul Mu’min (w.1184 M)
4. Abu Yusuf Yaqub ibn Abu Yaqub Yusuf (w.1199 M)
5. Muhammad ibn al-Nashir (w.1214 M)
6. Al-Muntashir (w.1223 M)
7. Abdul Wahid ibn al-Muntashir (w.1224 M)
8. Abu Muhammad al-Adil(w.1227 M)
9. Al-Ma’mun (w.1233 M)
10. Abdul Wahid II (w.1243 M)
11. Al-Mutamid (w.1266 M)
12. Al-Wasiq.

• KEMAJUAN
Semenjak Abdul Mu’min dinobatkan sebagai khalifah, dengan secara cepat dia melakukan penaklukkan terhadap daerah-daerah kekuasaan Murabitun, dengan ditaklukkannya kekuasaan Murabitun yang merupakan lahan-lahan yang subur serta jalur perdagangan, maka terciptalah kemajuan pada dinasti tersebut. Kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti ini adalah sebagai berikut :

1. Bidang Politik
Ketangguhan Abdul Mu’min sebagai pengganti al-Mahdi, telah membuka jalan mulus bagi penguasa berikutnya untuk mengembangkan kekuasaan Muwahhidun di Spanyol dan Afrika Utara. Pada awal kekuasaannya Abdul Mu’min telah melakukan penaklukkan besar-besaran untuk memperluas kekuasaan Muwahhidun. Adapun daerah-daerah yang ditaklukan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1141 M wilayah di Fez, Couta, Tangier dan Aghmath.
2. Tahun 1145 M negeri Spanyol.
3. Tahun 1159 M Almenia, dan Gilbartan dijadikan pusat pemerintahan, dan
4. Tahun 1160 M Aljazair, Tunisia dan Tripoli.
Tidak jauh berbeda dengan ayahnya, sehingga usaha yang ditinggalkan oleh ayahnya dia lanjutkan. Dengan hasil, pada tahun 1172 M ia menguasai kota Seville yang ia lanjutkan ke Toledo, namun ketika pasukannya tiba di Santarem dekat Lisabon, mereka dihadang oleh tentara Kristen mengakibatkan Abu Yakub Yusuf meninggal pada tahun 1181 M karena terluka waktu pertemuan tersebut. Sepeninggal Abu Yakub Yusuf pimpinan pemerintah dipegang oleh puteranya yang bernama Abu Yusuf Yakub al-Manshur. Masalah yang dihadapi oleh al-Manshur ini juga tidak jauh berbeda dengan masa-masa penguasa sebelumnya, yaitu menumpas para pemberontak, yang ada di Andalusia. Semua dapat diatasi dan kota Bijaya (Bogie) dapat dikuasainya.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Kekuasaan Dinasti Muwahhidun yang meliputi Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol), sangat berimbang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Boleh dikatakan bahwa tradisi keilmuan yang telah hilang di dunia Islam bagian timur, apalagi akibat kesalah pahaman masyarakat terhadap saran al-Ghazali tentang 3 (tiga) hal pemikiran para filosof dengan mengatakan mereka kafir. Telah bangkit kembali di dunia Islam bagian barat yang menjadi batu loncatan bagi transmisi (berpindah) peradaban Islam ke barat, terutama pemikiran-pemikiran dari Ibn Rusyd. Adapun para ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun ini terutama pada masa kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah sebagai berikut :
1. Ibrahim bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu.
2. Al-Hafidz Abu Bakr bin al-Jad seorang ahli figh. Dan Ibnu al-Zuhr ahli kedokteran.
3. Ibn Bajjah (533 H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of Solitary. Ia juga berada di bidang musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
4. Ibnu Thufail (581 H/ 1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan. Ia juga dikenal sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga dianggap sebagai penyair Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isibily.
5. Ibnu Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof , dokter, ahli matematika, fikih, ahli hukum, ahli astronomi juga seorang poplemik atau dikenal dengan sebutan Averrous/Averroisme di Barat.
6. Bidang arsitektur dapat dilihat bangunan menara Giralda di Selville, rumah sakit di Marakesy dan bangunan lain yang tidak kalah pentingnya seperti masjid jami’ di Sevilla.
7. Bidang ekonomi dijalaninya hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia, seperti dengan Pisa, pada tahun 1154 M, Marseie, Voince dan Syalia pada tahun 1157 M.

• KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN
Pada tahun 1198 M, Abu Yusuf Yakub al-Manshur wafat dan digantikan oleh Muhammad al-Nashir. Namun kondisi Dinasti Muwahhidun tidak lagi seperti sebelumnya dan sudah mulai lemah setelah mengalami kemajuan selama 69 tahun. Kelemahan ini salah satu penyebabnya karena al-Nashir tidak mempunyai pandangan serta wawasan politik yang luas seperti para pendahulunya. Apalagi pengganti dari Muhammad al-Nashir dan pengganti-pengganti berikutnya, mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai semangat juang tinggi seperti para pendahulunya.
Terjadinya kemunduran dinasti ini juga disebabkan karena orang-orang Kristen Spanyol setelah mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari umat Islam membuat mereka sadar akan kondisi yang mereka hadapi, dengan penuh semangat mereka bangkit dari ketertinggalan dan melakukan penyerangan kepada umat Islam di Spanyol. Penyerangan tersebut terjadi sekitar tahun 1212 M, oleh kondisi raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navarge dan Aragon) di Spanyol.
Kekalahan yang diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran tersebut menyebabkan semakin mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam lain di Spanyol. Apalagi al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada anaknya yang baru berusia 15 tahun, yaitu Abu Yakub Yusuf II(al-Muntashir) yang tidak memiliki kematangan politik untuk menjalankan pemerintahan. Kemunduran semakin meningkat setelah wafatnya al-Muntashir pada tahun 1221 M, karena muncul perpecahan di kalangan pembesar Muwahhidun.
Perpecahan terjadi karena al-Munthasir tidak mempunyai anak laki-laki untuk menggantinya. Seperti Tunisia berdiri daulah Bani Nafs, sedangkan Tripoli menjadi wilayah kekuasaan Bani Ayubiyah. Melihat umat Islam terpecah, Kristen semakin gencar melakukan gerakan untuk mengambil alih kekuasaan Islam, sehingga tahun 1238 M, seluruh kawasan Spanyol jatuh ke tangan Kristen kecuali Granada yang mampu bertahan sampai tahun 1492 karena terletak di perbukitan. Dengan hilangnya pengaruh Muwahhidun di Spanyol serta diikuti keruntuhan kekuasaan di Afrika telah membawa kehancuran dinasti ini pada tahun 1269 dengan didudukinya Maroko oleh Dinasti Marin (Mariniyyah).

Selasa, 26 Oktober 2010

KEMAJUAN DINASTI UMAYYAH

KEMAJUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN, ILMU PENGETAHUAN, SOSIAL DAN BUDAYA
PADA MASA DINASTI UMAYYAH

BIDANG PENDIDIKAN
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi,. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjidpada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4. Budang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga bisa dikatakan sebagai awal perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Pada masa ini, telahberkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh spesialisnya.Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dilakukan oleh para khalifah dengan jalan memberikan dorongan atau motivasi. Para khalifah memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama, ilmuwan, serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, disediakan anggaran oleh negara. Itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya.
Pada masa Bani Umayah terdapat beberapa pusat kegiatan ilmiah, diantaranya di kota Kufah dan Bashrah. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan yang ahli dalam berbagai bidang, juga pada saat itu mulai ada penterjemahan buku astronomi, kedokteran dan kimia. Ilmuwan yang ahli di bidang penterjemahan yang pertama adalah Khalid bin Yazid bin Muawiyah, ia seorang penyair dan orator terkenal.
Pada masa itu ilmu pengetahuan mengalami perkembangan. Berbagai jenis ilmu pengetahuan ditemukan, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun yang bersumber dari akal, diantaranya:
1. Ilmu Qira’at adalah suatu ilmu tentang bacaan Al-Qur’an yang benar.
2. Ilmu Tafsir adalah ilmu yang mempelajari makna ayat-ayat al-Qur’an beserta arti dan maksudnya.
3. Ilmu Hadis adalah ilmu untuk mengetahui sah atau tidaknya suatu hadis, serta hubungannya denga al-Qur’an.
4. Ilmu Tata Bahasa Arab seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain-lain.
5. Ilmu Kimia yang berasal dari orang-orang Yunani.
6. Ilmu Kedokteran untuk mengetahui berbagai macam penyakit dan pengobatannya.
7. Ilmu Sejarah , yang banyak diterangkan dalam al-Qur’an, mengisahkan perjalanan hidup umat manusia zaman dahulu.
8. Ilmu Seni Arsitektur, suatu ilmu yang mempelajari keindahan bangunan.
Pada masa itu juga terdapat berbagai lembaga pendidikan dan juga majlis-majlis ilmiah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz sering mengundang para ulama’ dan fuqaha’ diantaranya Hasan al-Bisri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Wasil bin Atha’ dan lain-lain untuk mengkaji ilmu pengetahuan.
BIDANG SOSIAL
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayah dilakukan perbaikan system politik Negara dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan. Hal ini membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat, terutama dengan terbentuknya lembaga keuangan Negara (An-Nidham Al-Mali), lembaga ini mempunyai tugas antara lain:
1. Mengatur gaji tentara dan pegawai negeri.
2. Mengatur biaya tata usaha Negara.
3. Mengatur biaya pembangunan sarana pertanian.
4. Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan tawanan perang.
5. Mengatur biaya peralatan perang.
6. Mengatur hadiah-hadiah untuk ulama’ dan sastrawan Negara.
Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut pemerintah mampu membangun panti asuhan anak yatim dan panti jompo, juga membangun sarana-sarana umum seperti masjid, jalan dan saluran air.
Pada zaman Bani Umayah wilayah islam sangat luas. Oleh karena itu sangat diperlukan system pemerintahan yang maju. Maka diangkatlah para pegawai dan didirikan kota-kota pusat pemerintahan , pusat-pusat pengadilan dan dibentuk pula polisi-polisi keamanan. Dibentuk pula hukum agar warga Negara mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah, yang dilaksanakan oleh lembaga kehakiman Negara (An-Nidham Al-Qadlai) yang dipimpin oleh seorang hakim yang bertugas memutuskan suatu perkara dengan ijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.
Adanya perbaikan ekonomi, jaminan sosial serta perlindungan hukum dari pemerintah ini membawa kesejahteraan rakyat sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan di bidang yang lainnya seperti bahasa, seni, dan budaya.
BIDANG BUDAYA
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut.

1. Al Farabi (780-863M)
Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku- buku karya aristoteles.

2. Ibnu Rusyd (1120-1198)
Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan- perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.

3. Ibnu Sina (980-1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.

ULUMUL QUR'AN

Sejarah Turunnya Al- Qur’an.
Al- Qur’an diturunkan secara berangsur- angsur dan tidak sekaligus. Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan Al-Qur’an dengan cara : Allah mengajarkan kepada Malaikat Jibril, kemudian Malaikat Jibril (atas izin Allah) menyampaikan kepada Nabi Muhammad.
Seperti yang terdapat dalam Firman Allah:
“Ialah Al-Qur’an yang mulia, di lauh mahfudz’’. (Qs. Al-Waqiah : 75)
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya Al Qur’an diturunkan”. (Qs.Al-Baqarah : 185)
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”.
(Qs.Al-Qadr: 1)
Terhadap kenyataan berangsurnya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad yang memakan waktu kurang lebih 23 tahun digunakan istilah : tanzil, telah memunculkan konsep teks eternal (azali) di lauh Mahfudz.
Al-Qur’an telah dianggap ada secara utuh pada masa azali, yang kemudian diturunkan secara sekaligus dari lauh mahfudz ke langit dunia pada malam ketentuan/ lailatul qadar. Kemudian diturunkan secara bertahap sebagai respon atas realitas dan faktor penyebab (asbab an-nuzul) yang dimulai pada satu malam di bulan Ramadhan.
Proses turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur pada konteks realita kemanusiaan, menunjukkan bahwa Allah melalui teks Al-Qur’an kerap melakukan respon atas fenomena manusiawi.
Pemeliharaan Al- Qur’an Pada Masa Rasulullah dan Pada Masa Khulafa ar Rasyidin.
1. Pemeliharaan Alqur’an pada Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW.
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
2. Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafa ar Rasyidin.

• Pada masa pemerintahan Abu Bakar.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
• Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Al- Qur’an sebagai Mukjizat Terbesar Rasulullah SAW.
AL’QURAN sebagai mukjizat terbesar karena penutup dari semua kitab yang di turun kan terdahulu dan penyempurna dari kitab-kitab sebelum nya. Setiap nabi dan rasul diberikan mukjizat, akan tetapi semua mukjizat tersebut telah hilang bersama kewafatan para nabi dan rasul.
Hanya satu saja mukjizat yang masih wujud dan dapat kita lihat, sentuh, baca dan dengar. Itulah mukjizat nabi kita Nabi Besar Muhammad s.a.w yaitu Al-Qur'an Al-Karim, yang telah Allah janjikan untuk memelihara dan melingdunginya sehingga hari Kiamat kelak. Ini termaktub dalam firman Allah :
"Sesungguhnya telah Kami turunkan peringatan ini (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami lah penjaga baginya." (Q.s. Al-Hijir : 9)


Isi Al- Qur’an yang Lengkap (Syumul).
Yang dimaksud dengan kelengkapan atau Syumul nya isi Al- qur’an adalah, bahwa Al- Qur’an mengandung berbagai macam permasalahan serta segala ilmu yang terdapat di dunia atau di alam semesta ini. Bahwa tak ada satu ilmu piun yang luput dari Al- Qur’an. Baik dalam ilmu alam, ataupun sosial, segalanya terdapat dalam Al- Qur’an. Bagaimana cra kita beribadah kepada Allah, dan bagaimana cara manusia untuk berinteraksi dengan sesamamnya, itupun telah diatur dan terdapat dalam Al- Qur’an. Dalam Firman Allah:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal soleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.” (Q.s. Al Kahfi: 1-3)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali Al Qur’an. Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu huruf-pun darinya. Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan, sebagaimana bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).
Al Qur’an adalah kitab Ilahi seratus peratus, seperti yang telah dijelaskan oleh Firman Allah:
“(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (Q.s.Huud : 1)
“Dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Q.s.Fush-shilat : 41-42).

Etika Membaca Al- Qur’an.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membaca Al- Qur’an, yaitu:
a. Sebaiknya orang yang membaca Al- Qur’an dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempatnya, serta telah menggosok gigi.
b. Hendaknya memilih tempat yang tenang dan waktunya pun pas, karena hal tersebut lebih dapat konsentrasi dan jiwa lebih tenang.
Perbedaan Al- Qur’an dan Hadits Qudsi.
Hadits qudsi adalah hadits yang disnisbatkan kepada Zat yang quds (suci), yaitu Allah Ta’ala. Yang mana hadits qudsi ini disampaikan kepada kita oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun perbedaan antara dia dengan Al-Qur’an, maka ada beberapa perkara yang disebutkan oleh para ulama. Di antaranya:
1. Lafazh dan makna Al-Qur’an berasal dari Allah, sementara lafazh hadis Qudsi berasal dari Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam walaupun tentunya maknanya dari Allah.
2. Sanad periwayatan Al-Qur’an secara umum adalah mutawatir, yakni bisa dipastikan keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam-. Berbeda halnya dengan hadits qudsi, karena di antaranya ada yang merupakan hadits shahih, ada yang hasan, ada yang lemah, bahkan ada yang palsu. Jadi keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- belum bisa dipastikan kecuali setelah memeriksa semua sanadnya.
3. Kita berta’abbud (beribadah) kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an, dalam artian satu huruf mendapatkan sepuluh kebaikan. Sedangkan membaca hadits qudsi tidak mendapatkan pahala huruf perhuruf seperti itu.
4. Tidak diperbolehkan membaca hadits qudsi di dalam shalat, bahkan shalatnya batal kalau dia membacanya. Berbeda halnya dengan membaca Al-Qur`an yang merupakan inti dari shalat.
5. Ayat Al-Qur`an jumlahnya kurang lebih 6666 ayat (menurut hitungan sebagian ulama dan sebagian lainnya berpendapat jumlahnya 6.236), sementara jumlah hadits qudsi yang shahih tidak sebanyak itu. Abdur Rauf Al-Munawi sendiri dalam kitabnya Al-Ittihafat As-Saniyah bi Al-Ahaditsi Al-Qudsiyah hanya menyebutkan 272 hadits.
Kewajiban Terhadap Al- Qur’an.
1. MENGIMANINYA
KITA HARUS YAKIN BAHWA AL-QUR’AN ADALAH KALAMULLAH YANG DITURUNKAN OLEH ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA KEPADA RASULULLAH SALALLAHU ALAIHI WA SALAM. KITA WAJIB MENGIMANI SEMUA AYAT-AYAT YANG KITA BACA, BAIK YANG BERUPA HUKUM-HUKUM MAUPUN KISAH-KISAH. BAIK YANG MENURUT KITA TERASA MASUK AKAL MAUPUN YANG BELUM DAPAT KITA PAHAMI, YANG NYATA MAUPUN YANG GAIB. HAL INI SESUAI DENGAN FIRMAN ALLAH SWT:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ

“RASUL ITU TELAH PERCAYA AKAN APA YANG DITURUNKAN KEPADANYA DARI TUHANNYA, DAN SEGENAP ORANG MU’MIN PUN PERCAYA PULA, MASING-MASING PERCAYA KEPADA ALLAH, MALAIKAT-NYA, KITAB-KITAB-NYA DAN UTUSAN-UTUSAN-NYA”. (Q.S. AL-BAQAARAH : 285).

2. MEMBACANYA

“SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG YANG BERIMAN IALAH MEREKA YANG BILA DISEBUT NAMA ALLAH GEMETARLAH HATI MEREKA, DAN APABILA DIBACAKAN AYAT- AYATNYA BERTAMBAHLAH IMAN MEREKA (KARENANYA), DAN HANYA KEPADA TUHANLAH MEREKA BERTAWAKKAL.” (Q.S. AL-ANFAAL)

DALAM FIRMAN ALLAH:
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاَوَتِهِ أُوْلَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“ORANG-ORANG YANG TELAH KAMI BERIKAN AL-KITAB KEPADANYA, MEREKA MEMBACANYA DENGAN ‘HAQQA TILAWAH’ MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG BERIMAN KEPADANYA. DAN BARANG SIAPA YANG INGKAR KEPADANYA, MAKA MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG MERUGI.” (Q.S. AL BAQAARAH : 121)
3. MENDENGARKANNYA

SEPERTI YANG DIJELASKAN DALAM AYAT-NYA, ALLAH BERFIRMAN:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

SEPERTI YANG DIAJARKAN ALLAH SWT DALAM AYAT PERTAMA YANG DITURUNKAN KEPADA RASULULLAH MUHAMMAD SAW, “IQRA” ATAU “BACALAH”
DI DALAM AL-QUR’AN JUGA DISEBUTKAN BAHWA MEMBACA DENGAN SEBENAR-BENAR BACAAN (HAQQA TILAWAH) MERUPAKAN PARAMETER KEIMANAN ORANG TERSEBUT KEPADA AL-QUR’AN.

Selasa, 12 Oktober 2010

Penggolongan Jenis Penelitian


PENDAHULUAN

Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan kepada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masala - masalah.[1] Atau usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta - fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia.[2]
   Sedangkan penelitian pendidikan adalah proses yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan masalah pendidikan melalui metode ilmiah, baik dalam pengumpulan maupun analisi datanya, serta membuat rumusan generalissasi berdasarkan penafsiran data tersebut.
Tujuan penelitian pun bermacam - macam, apabila dikaitkan dengan output yang ingin dicapai maka penelitian bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, pemecahan masalah, atau merumuskan teori - teori baru.
   Dalam penelitian juga dibahas mengenai jenis - jenis penelitian. Jenis - jenis penelitian tersebut pada umumnya dibagi dalam empat jenis. Namun penggolongan ini bukanlah kaku. Penggolongan jenis - jenis penelitian bersifat dinamis sehingga dapat berubah ubah, tidak baku.








PEMBAHASAN

v Fungsi atau Manfaat Penelitian.

1.  Fungsi untuk Ilmu yang Bersangkutan (Sosial atau Alam).
Kegunaannya untuk mengembangkan ilmu itu sendiri yaitu penelitian dapat berguna untuk mengembangkan dan mengshahihkan ilmu tersebut.

2.  Fungsi untuk Masyarakat.
Maksud dan kegunaannya penelitian terhadap masyarakat adalah hasil penelitian tersebut. Berguna untuk menjawab masalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang diteliti.

3.  Fungsi untuk Peneliti.
Dengan proses penelitian seorang peneliti semakin menambah wawasan dan pengetahuaannya tentang masalah yang diteliti dan ilmu yang dimilikinya.

v Jenis - jenis Penelitian
Jenis - jenis penelitian dapat dikelompokan menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi dan analisis serta jenis data.

A.  Penelitian Menurut Tujuan[3]
Menurut tujuannya penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.  Penelitian Murni (Basic Research).
Adalah penelitian yang dilakukan diarahkan untuk sekedar memahami masalah dalam organisasi secara mendalam, yang bertujuan untuk, mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan langsung yang bersifat praktis.
Contoh : penelitian tentang Tata surya, genetika, dan sebagainya.


2.  Penelitian Terapan (Applied Research).
Adalah penelitian yang diarahkan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Contoh : penelitian obat, hama tanaman, teknologi pertanian, dsb.

B.  Penelitian menurut Metode.
1.  Penelitian Survey.
Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian - kejadian relatif, distribusi dan hubungan hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.
2.  Penelitian Ex Post Facto.
Penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
3.  Penelitian Eksperimen.
Penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tersebut terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara tepat.
4.  Penelitian Naturalistic.
Penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alami dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.[4]
5.  Policy Research.
Proses penelitian yang dilakukan pada masalah masalah sosial yang mendasar sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
6.  Penelitian Historis.
Adalah penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan Ilmiah dari perspektif historis suatu masalah.
7.  Penelitian Tindakan Kelas.
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga produktivitas lembaga tersebut dapat meningkat.
8.  Penelitian Evaluasi.
Bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang dapat ditetapkan.[5]

C. Penelitian menurut Tingkat Penjelasan (Eksplanasi).
Adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan - kedudukan variabel - variabel yang diteliti serta berhubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
1.  Penelitian Deskriptif.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau hubungan dengan variabel yang lain.
2.  Penelitian Komparatif.
Suatu penelitian yang bersifat membandingkan.variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
3.  Penelitian Asosiatif atau Hubungan.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

D. Penelitian menurut Jenis Data dan Analisis.
1.  Data Kualitatif, adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.
2.  Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka - angka.

v  Desain Penelitian
Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitian mencakup proses - proses berikut, :

a.    Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
b.    Pemilihan kerangka konsepsual untuk masalah penelitian serta hubungan -hubungan.
c.    Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkau (Scope), dan hipotesis untuk diuji.
d.    Membangun penyelidikan ayau percobaan.
e.    Memilih serta memberi devinisi terhadap pengukuran variabel - variabel.
f.     Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.
g.    Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
h.    Membuat coding, serta mengadakan editing, dan prosesing data.
i.      Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik.
j.      Pelapor hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan - kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran - saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Dari proses diatas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri ata dua bagian, yaitu, :
1.      Perencanaan penelitian, dan
2.      Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian.[6]






KESIMPULAN

Dalam penelitian akan dibahas berbagai macam jenis - jenis dari penelitian tersebut, jenis - jenis penelitian pun terdapat dala beberapa pandangan. Jenis - jenis penelitian tersebut pada umumnya dibagi dalam empat jenis.

Namun penggolongan ini bukanlah kaku. Penggolongan jenis - jenis penelitian bersifat dinamis sehingga dapat berubah ubah, tidak baku. Pada umumnya penggolongan penelitian yang dibagi menjadi empat itu adalah menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi dan analisis serta jenis data.






DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara : Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Nadzir. Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia : Bogor.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ).  Alfabeta : Bandung.


Situs Internet dengan Alamat : www.google.com
      www.wikipedia.com







[1] Cooper& Emory,1995
[2] Suparmoko,1991
[3] Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian:  Suatu Pendekatan Praktik.
[4] Moloeng Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
[5] Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D )
[6] Moh. Nadzir. Metode Penelitian.