Selasa, 26 Oktober 2010

KEMAJUAN DINASTI UMAYYAH

KEMAJUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN, ILMU PENGETAHUAN, SOSIAL DAN BUDAYA
PADA MASA DINASTI UMAYYAH

BIDANG PENDIDIKAN
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi,. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya ulama yang dalam ilmunya dan masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjidpada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu halaqah yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4. Budang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga bisa dikatakan sebagai awal perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Pada masa ini, telahberkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh spesialisnya.Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dilakukan oleh para khalifah dengan jalan memberikan dorongan atau motivasi. Para khalifah memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama, ilmuwan, serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, disediakan anggaran oleh negara. Itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya.
Pada masa Bani Umayah terdapat beberapa pusat kegiatan ilmiah, diantaranya di kota Kufah dan Bashrah. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan yang ahli dalam berbagai bidang, juga pada saat itu mulai ada penterjemahan buku astronomi, kedokteran dan kimia. Ilmuwan yang ahli di bidang penterjemahan yang pertama adalah Khalid bin Yazid bin Muawiyah, ia seorang penyair dan orator terkenal.
Pada masa itu ilmu pengetahuan mengalami perkembangan. Berbagai jenis ilmu pengetahuan ditemukan, baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun yang bersumber dari akal, diantaranya:
1. Ilmu Qira’at adalah suatu ilmu tentang bacaan Al-Qur’an yang benar.
2. Ilmu Tafsir adalah ilmu yang mempelajari makna ayat-ayat al-Qur’an beserta arti dan maksudnya.
3. Ilmu Hadis adalah ilmu untuk mengetahui sah atau tidaknya suatu hadis, serta hubungannya denga al-Qur’an.
4. Ilmu Tata Bahasa Arab seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain-lain.
5. Ilmu Kimia yang berasal dari orang-orang Yunani.
6. Ilmu Kedokteran untuk mengetahui berbagai macam penyakit dan pengobatannya.
7. Ilmu Sejarah , yang banyak diterangkan dalam al-Qur’an, mengisahkan perjalanan hidup umat manusia zaman dahulu.
8. Ilmu Seni Arsitektur, suatu ilmu yang mempelajari keindahan bangunan.
Pada masa itu juga terdapat berbagai lembaga pendidikan dan juga majlis-majlis ilmiah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz sering mengundang para ulama’ dan fuqaha’ diantaranya Hasan al-Bisri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Wasil bin Atha’ dan lain-lain untuk mengkaji ilmu pengetahuan.
BIDANG SOSIAL
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayah dilakukan perbaikan system politik Negara dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan. Hal ini membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat, terutama dengan terbentuknya lembaga keuangan Negara (An-Nidham Al-Mali), lembaga ini mempunyai tugas antara lain:
1. Mengatur gaji tentara dan pegawai negeri.
2. Mengatur biaya tata usaha Negara.
3. Mengatur biaya pembangunan sarana pertanian.
4. Mengatur biaya untuk orang-orang hukuman dan tawanan perang.
5. Mengatur biaya peralatan perang.
6. Mengatur hadiah-hadiah untuk ulama’ dan sastrawan Negara.
Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut pemerintah mampu membangun panti asuhan anak yatim dan panti jompo, juga membangun sarana-sarana umum seperti masjid, jalan dan saluran air.
Pada zaman Bani Umayah wilayah islam sangat luas. Oleh karena itu sangat diperlukan system pemerintahan yang maju. Maka diangkatlah para pegawai dan didirikan kota-kota pusat pemerintahan , pusat-pusat pengadilan dan dibentuk pula polisi-polisi keamanan. Dibentuk pula hukum agar warga Negara mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah, yang dilaksanakan oleh lembaga kehakiman Negara (An-Nidham Al-Qadlai) yang dipimpin oleh seorang hakim yang bertugas memutuskan suatu perkara dengan ijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.
Adanya perbaikan ekonomi, jaminan sosial serta perlindungan hukum dari pemerintah ini membawa kesejahteraan rakyat sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan di bidang yang lainnya seperti bahasa, seni, dan budaya.
BIDANG BUDAYA
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut.

1. Al Farabi (780-863M)
Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku- buku karya aristoteles.

2. Ibnu Rusyd (1120-1198)
Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan- perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.

3. Ibnu Sina (980-1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.

ULUMUL QUR'AN

Sejarah Turunnya Al- Qur’an.
Al- Qur’an diturunkan secara berangsur- angsur dan tidak sekaligus. Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan Al-Qur’an dengan cara : Allah mengajarkan kepada Malaikat Jibril, kemudian Malaikat Jibril (atas izin Allah) menyampaikan kepada Nabi Muhammad.
Seperti yang terdapat dalam Firman Allah:
“Ialah Al-Qur’an yang mulia, di lauh mahfudz’’. (Qs. Al-Waqiah : 75)
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya Al Qur’an diturunkan”. (Qs.Al-Baqarah : 185)
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”.
(Qs.Al-Qadr: 1)
Terhadap kenyataan berangsurnya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad yang memakan waktu kurang lebih 23 tahun digunakan istilah : tanzil, telah memunculkan konsep teks eternal (azali) di lauh Mahfudz.
Al-Qur’an telah dianggap ada secara utuh pada masa azali, yang kemudian diturunkan secara sekaligus dari lauh mahfudz ke langit dunia pada malam ketentuan/ lailatul qadar. Kemudian diturunkan secara bertahap sebagai respon atas realitas dan faktor penyebab (asbab an-nuzul) yang dimulai pada satu malam di bulan Ramadhan.
Proses turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur pada konteks realita kemanusiaan, menunjukkan bahwa Allah melalui teks Al-Qur’an kerap melakukan respon atas fenomena manusiawi.
Pemeliharaan Al- Qur’an Pada Masa Rasulullah dan Pada Masa Khulafa ar Rasyidin.
1. Pemeliharaan Alqur’an pada Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW.
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
2. Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafa ar Rasyidin.

• Pada masa pemerintahan Abu Bakar.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
• Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Al- Qur’an sebagai Mukjizat Terbesar Rasulullah SAW.
AL’QURAN sebagai mukjizat terbesar karena penutup dari semua kitab yang di turun kan terdahulu dan penyempurna dari kitab-kitab sebelum nya. Setiap nabi dan rasul diberikan mukjizat, akan tetapi semua mukjizat tersebut telah hilang bersama kewafatan para nabi dan rasul.
Hanya satu saja mukjizat yang masih wujud dan dapat kita lihat, sentuh, baca dan dengar. Itulah mukjizat nabi kita Nabi Besar Muhammad s.a.w yaitu Al-Qur'an Al-Karim, yang telah Allah janjikan untuk memelihara dan melingdunginya sehingga hari Kiamat kelak. Ini termaktub dalam firman Allah :
"Sesungguhnya telah Kami turunkan peringatan ini (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami lah penjaga baginya." (Q.s. Al-Hijir : 9)


Isi Al- Qur’an yang Lengkap (Syumul).
Yang dimaksud dengan kelengkapan atau Syumul nya isi Al- qur’an adalah, bahwa Al- Qur’an mengandung berbagai macam permasalahan serta segala ilmu yang terdapat di dunia atau di alam semesta ini. Bahwa tak ada satu ilmu piun yang luput dari Al- Qur’an. Baik dalam ilmu alam, ataupun sosial, segalanya terdapat dalam Al- Qur’an. Bagaimana cra kita beribadah kepada Allah, dan bagaimana cara manusia untuk berinteraksi dengan sesamamnya, itupun telah diatur dan terdapat dalam Al- Qur’an. Dalam Firman Allah:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal soleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.” (Q.s. Al Kahfi: 1-3)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali Al Qur’an. Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu huruf-pun darinya. Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan, sebagaimana bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).
Al Qur’an adalah kitab Ilahi seratus peratus, seperti yang telah dijelaskan oleh Firman Allah:
“(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (Q.s.Huud : 1)
“Dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Q.s.Fush-shilat : 41-42).

Etika Membaca Al- Qur’an.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membaca Al- Qur’an, yaitu:
a. Sebaiknya orang yang membaca Al- Qur’an dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempatnya, serta telah menggosok gigi.
b. Hendaknya memilih tempat yang tenang dan waktunya pun pas, karena hal tersebut lebih dapat konsentrasi dan jiwa lebih tenang.
Perbedaan Al- Qur’an dan Hadits Qudsi.
Hadits qudsi adalah hadits yang disnisbatkan kepada Zat yang quds (suci), yaitu Allah Ta’ala. Yang mana hadits qudsi ini disampaikan kepada kita oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun perbedaan antara dia dengan Al-Qur’an, maka ada beberapa perkara yang disebutkan oleh para ulama. Di antaranya:
1. Lafazh dan makna Al-Qur’an berasal dari Allah, sementara lafazh hadis Qudsi berasal dari Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam walaupun tentunya maknanya dari Allah.
2. Sanad periwayatan Al-Qur’an secara umum adalah mutawatir, yakni bisa dipastikan keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam-. Berbeda halnya dengan hadits qudsi, karena di antaranya ada yang merupakan hadits shahih, ada yang hasan, ada yang lemah, bahkan ada yang palsu. Jadi keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- belum bisa dipastikan kecuali setelah memeriksa semua sanadnya.
3. Kita berta’abbud (beribadah) kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an, dalam artian satu huruf mendapatkan sepuluh kebaikan. Sedangkan membaca hadits qudsi tidak mendapatkan pahala huruf perhuruf seperti itu.
4. Tidak diperbolehkan membaca hadits qudsi di dalam shalat, bahkan shalatnya batal kalau dia membacanya. Berbeda halnya dengan membaca Al-Qur`an yang merupakan inti dari shalat.
5. Ayat Al-Qur`an jumlahnya kurang lebih 6666 ayat (menurut hitungan sebagian ulama dan sebagian lainnya berpendapat jumlahnya 6.236), sementara jumlah hadits qudsi yang shahih tidak sebanyak itu. Abdur Rauf Al-Munawi sendiri dalam kitabnya Al-Ittihafat As-Saniyah bi Al-Ahaditsi Al-Qudsiyah hanya menyebutkan 272 hadits.
Kewajiban Terhadap Al- Qur’an.
1. MENGIMANINYA
KITA HARUS YAKIN BAHWA AL-QUR’AN ADALAH KALAMULLAH YANG DITURUNKAN OLEH ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA KEPADA RASULULLAH SALALLAHU ALAIHI WA SALAM. KITA WAJIB MENGIMANI SEMUA AYAT-AYAT YANG KITA BACA, BAIK YANG BERUPA HUKUM-HUKUM MAUPUN KISAH-KISAH. BAIK YANG MENURUT KITA TERASA MASUK AKAL MAUPUN YANG BELUM DAPAT KITA PAHAMI, YANG NYATA MAUPUN YANG GAIB. HAL INI SESUAI DENGAN FIRMAN ALLAH SWT:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ

“RASUL ITU TELAH PERCAYA AKAN APA YANG DITURUNKAN KEPADANYA DARI TUHANNYA, DAN SEGENAP ORANG MU’MIN PUN PERCAYA PULA, MASING-MASING PERCAYA KEPADA ALLAH, MALAIKAT-NYA, KITAB-KITAB-NYA DAN UTUSAN-UTUSAN-NYA”. (Q.S. AL-BAQAARAH : 285).

2. MEMBACANYA

“SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG YANG BERIMAN IALAH MEREKA YANG BILA DISEBUT NAMA ALLAH GEMETARLAH HATI MEREKA, DAN APABILA DIBACAKAN AYAT- AYATNYA BERTAMBAHLAH IMAN MEREKA (KARENANYA), DAN HANYA KEPADA TUHANLAH MEREKA BERTAWAKKAL.” (Q.S. AL-ANFAAL)

DALAM FIRMAN ALLAH:
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاَوَتِهِ أُوْلَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“ORANG-ORANG YANG TELAH KAMI BERIKAN AL-KITAB KEPADANYA, MEREKA MEMBACANYA DENGAN ‘HAQQA TILAWAH’ MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG BERIMAN KEPADANYA. DAN BARANG SIAPA YANG INGKAR KEPADANYA, MAKA MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG MERUGI.” (Q.S. AL BAQAARAH : 121)
3. MENDENGARKANNYA

SEPERTI YANG DIJELASKAN DALAM AYAT-NYA, ALLAH BERFIRMAN:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

SEPERTI YANG DIAJARKAN ALLAH SWT DALAM AYAT PERTAMA YANG DITURUNKAN KEPADA RASULULLAH MUHAMMAD SAW, “IQRA” ATAU “BACALAH”
DI DALAM AL-QUR’AN JUGA DISEBUTKAN BAHWA MEMBACA DENGAN SEBENAR-BENAR BACAAN (HAQQA TILAWAH) MERUPAKAN PARAMETER KEIMANAN ORANG TERSEBUT KEPADA AL-QUR’AN.

Selasa, 12 Oktober 2010

Penggolongan Jenis Penelitian


PENDAHULUAN

Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan kepada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masala - masalah.[1] Atau usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta - fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia.[2]
   Sedangkan penelitian pendidikan adalah proses yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan masalah pendidikan melalui metode ilmiah, baik dalam pengumpulan maupun analisi datanya, serta membuat rumusan generalissasi berdasarkan penafsiran data tersebut.
Tujuan penelitian pun bermacam - macam, apabila dikaitkan dengan output yang ingin dicapai maka penelitian bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, pemecahan masalah, atau merumuskan teori - teori baru.
   Dalam penelitian juga dibahas mengenai jenis - jenis penelitian. Jenis - jenis penelitian tersebut pada umumnya dibagi dalam empat jenis. Namun penggolongan ini bukanlah kaku. Penggolongan jenis - jenis penelitian bersifat dinamis sehingga dapat berubah ubah, tidak baku.








PEMBAHASAN

v Fungsi atau Manfaat Penelitian.

1.  Fungsi untuk Ilmu yang Bersangkutan (Sosial atau Alam).
Kegunaannya untuk mengembangkan ilmu itu sendiri yaitu penelitian dapat berguna untuk mengembangkan dan mengshahihkan ilmu tersebut.

2.  Fungsi untuk Masyarakat.
Maksud dan kegunaannya penelitian terhadap masyarakat adalah hasil penelitian tersebut. Berguna untuk menjawab masalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang diteliti.

3.  Fungsi untuk Peneliti.
Dengan proses penelitian seorang peneliti semakin menambah wawasan dan pengetahuaannya tentang masalah yang diteliti dan ilmu yang dimilikinya.

v Jenis - jenis Penelitian
Jenis - jenis penelitian dapat dikelompokan menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi dan analisis serta jenis data.

A.  Penelitian Menurut Tujuan[3]
Menurut tujuannya penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.  Penelitian Murni (Basic Research).
Adalah penelitian yang dilakukan diarahkan untuk sekedar memahami masalah dalam organisasi secara mendalam, yang bertujuan untuk, mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan langsung yang bersifat praktis.
Contoh : penelitian tentang Tata surya, genetika, dan sebagainya.


2.  Penelitian Terapan (Applied Research).
Adalah penelitian yang diarahkan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Contoh : penelitian obat, hama tanaman, teknologi pertanian, dsb.

B.  Penelitian menurut Metode.
1.  Penelitian Survey.
Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian - kejadian relatif, distribusi dan hubungan hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.
2.  Penelitian Ex Post Facto.
Penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
3.  Penelitian Eksperimen.
Penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tersebut terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara tepat.
4.  Penelitian Naturalistic.
Penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alami dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.[4]
5.  Policy Research.
Proses penelitian yang dilakukan pada masalah masalah sosial yang mendasar sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
6.  Penelitian Historis.
Adalah penelitian yang mengaplikasikan metode pemecahan Ilmiah dari perspektif historis suatu masalah.
7.  Penelitian Tindakan Kelas.
Merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga produktivitas lembaga tersebut dapat meningkat.
8.  Penelitian Evaluasi.
Bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang dapat ditetapkan.[5]

C. Penelitian menurut Tingkat Penjelasan (Eksplanasi).
Adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan - kedudukan variabel - variabel yang diteliti serta berhubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
1.  Penelitian Deskriptif.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau hubungan dengan variabel yang lain.
2.  Penelitian Komparatif.
Suatu penelitian yang bersifat membandingkan.variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
3.  Penelitian Asosiatif atau Hubungan.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

D. Penelitian menurut Jenis Data dan Analisis.
1.  Data Kualitatif, adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.
2.  Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka - angka.

v  Desain Penelitian
Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitian mencakup proses - proses berikut, :

a.    Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
b.    Pemilihan kerangka konsepsual untuk masalah penelitian serta hubungan -hubungan.
c.    Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkau (Scope), dan hipotesis untuk diuji.
d.    Membangun penyelidikan ayau percobaan.
e.    Memilih serta memberi devinisi terhadap pengukuran variabel - variabel.
f.     Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.
g.    Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
h.    Membuat coding, serta mengadakan editing, dan prosesing data.
i.      Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik.
j.      Pelapor hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan - kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran - saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Dari proses diatas, jelas terlihat bahwa proses tersebut terdiri ata dua bagian, yaitu, :
1.      Perencanaan penelitian, dan
2.      Pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian.[6]






KESIMPULAN

Dalam penelitian akan dibahas berbagai macam jenis - jenis dari penelitian tersebut, jenis - jenis penelitian pun terdapat dala beberapa pandangan. Jenis - jenis penelitian tersebut pada umumnya dibagi dalam empat jenis.

Namun penggolongan ini bukanlah kaku. Penggolongan jenis - jenis penelitian bersifat dinamis sehingga dapat berubah ubah, tidak baku. Pada umumnya penggolongan penelitian yang dibagi menjadi empat itu adalah menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi dan analisis serta jenis data.






DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara : Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Nadzir. Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia : Bogor.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ).  Alfabeta : Bandung.


Situs Internet dengan Alamat : www.google.com
      www.wikipedia.com







[1] Cooper& Emory,1995
[2] Suparmoko,1991
[3] Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian:  Suatu Pendekatan Praktik.
[4] Moloeng Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif.
[5] Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D )
[6] Moh. Nadzir. Metode Penelitian.